Sabtu, 25 Oktober 2014

GEMURUH “the JUPITERS” MENGHITAMKAN LANGIT SURABAYA PADA FLYPAST HUT TNI KE-69 TAHUN 2014


Prolog

Hari itu pada tanggal 7 Oktober 2014 merupakan hari yang tidak akan pernah dilupakan bagi segenap prajurit TNI yang terlibat langsung dalam rangkaian Upacara HUT ke 69 TNI yang dipusatkan di Dermaga Ujung Surabaya.  Sebanyak hampir 205 buah pesawat terbang TNI dari berbagai macam jenis dan tipe ikut ambil bagian dalam rangkaian upacara yang paling besar dalam sejarah TNI kali ini termasuk di dalamnya 24 pesawat latih TNI AU yang bersarang di Bumi Maguwo tempat lahirnya Sang Gatotkaca penjaga dirgantara nusantara.  Ketika tiba saatnya flypast dari pesawat latih TNI AU dengan Call sign Sierra Flight, kenangan seluruh hadirin akan teringat kembali pada tahun 1945 saat terjadinya penyerangan Pearl Harbour oleh tentara Jepang yang meluluhlantakkan hampir seluruh kekuatan Angkatan Laut Amerika Serikat pada saat itu.   Kenangan ini bukan hanya terkesan dari hadirin yang melihat secara langsung maupun dari siaran televisi, namum tercetus pula kata-kata dari seorang Kepala Staf Angkatan Udara yang menyatakan kekhawatiran dan kebanggaannya melihat penampilan dari para Jupiters yang melintas pada ketinggian yang sangat rendah dengan formasi massal yang baru pertama kali dilakukan.

Pendahuluan

Berawal dari informasi lisan yang disampaikan oleh Asisten Operasi KASAU Marsda TNI Bagus Puruhito di sela-sela kunjungan beliau ke Pangkalan TNI AU Adisutjipto Yogyakarta, pelaksanaan peringatan HUT TNI tahun 2014 akan diadakan di Dermaga Armatim Surabaya dan diselenggarakan secara besar-besaran sebagai wujud kebanggaan, rasa syukur dan terima kasih serta bentuk pertanggungjawaban TNI kepada Rakyat Indonesia yang selama kurun waktu 10 tahun terakhir telah mendapatkan penambahan dan modernisasi alutsista dari tiga matra yang ada.  Atas perintah Presiden Soesilo Bambang Yudhoyono, TNI akan mengerahkan seluruh alutsistanya dari setiap matra darat, laut maupun udara yang akan ambil bagian dalam kegiatan defile, Sailing Pass dan Flypast yang merupakan rangkaian kegiatan Dirgahayu TNI ini.   Pada kesempatan tersebut disampaikan pula keingian dari pimpinan agar penampilan flypast dari seluruh pesawat TNI AU dapat dilaksanakan dengan gagah dan bergemuruh.   Menyikapi hal tersebut, kami para instruktur penerbang di Lanud Adisutjipto mulai mempersiapkan diri dan melaksanakan latihan mass formation disela tugas rutin mengajar siswa Sekolah Penerbang TNI AU.

Jika latihan formasi sebelumnya paling banyak hanya terdiri dari empat pesawat sebagai bagian dari syllabus latihan yang memang diajarkan kepada siswa Sekolah Penerbang, dengan adanya rencana formasi besar-besaran ini kami mulai menambah jumlah pesawat anggota formasi secara bertahap sambil mencari bentuk mass formasi yang tepat dan aman serta tidak mengurangi keindahan bentuk formasi itu sendiri jika formasi yang akan dilaksanakan terdiri dari beberapa jenis pesawat latih, yaitu pesawat T-34 Charlie, G-120 TP Grob serta KT-1B Woong Bi. Latihan dimulai secara bertahap dan berkelanjutan dari mulai jumlah yang kecil hingga menjadi bentuk formasi besar seperti yang ditampilkan pada HUT TNI ke-69 pada waktu yang lalu. Setelah melewati beberapa kali latihan, akhirnya bentuk formasi yang kami pilih untuk pelaksanaan flypast nantinya yaitu bentuk formasi “diamond” dengan menggunakan sembilan pesawat T-34 C Charlie dan bentuk formasi “delta” dengan menggunakan masing-masing enam pesawat G-120 TP Grob di sebelah kiri dan kanan formasi diamond.  Fase latihan berikutnya adalah mensimulasikan flypast sesuai dengan yang ada di Surabaya baik Holding Point, Heading Attack dan Jarak dari Initial Point ke target yang disimulasikan berada di Shelter KT-1 B Woong Bi.  Dengan perencanaan yang matang dan profesionalisme dari seluruh member, maka tahapan latihan tersebut dapat dilaksanakan dengan aman dan lancar tidak ada kendala dan hambatan yang berarti.

Namun sungguh sayang, untung tak dapat diraih malang tak dapat ditolak, dua kejadian berturut-turut yaitu emergency landing pesawat AS-202 Bravo di persawahan sekitar Sukoharjo yang dipiloti oleh Mayor Pnb Surono dan emergency landing pesawat T-34 Charlie di Landasan Adisutjipto yang diawaki oleh Mayor Pnb Rully Surya langsung mengurangi kesiapan pesawat latih yang seyogyanya akan melaksanakan mass formation di Surabaya nantinya karena kedua jenis pesawat tersebut harus melaksanakan pemeriksaan khusus untuk mengetahui penyebab terjadinya kedua incident tersebut. Tetapi para instruktur tidak patah semangat, kami tetap melaksanakan latihan dengan sisa jenis pesawat yang ada, yaitu pesawat KT-1 B Woong Bi dan pesawat G-120 TP Grob. Setelah dilaksanakan pemeriksaan selama kurang lebih tiga minggu terhadap seluruh pesawat AS-202 Bravo dan pesawat T-34 Charlie serta diketahui penyebab terjadinya incident terdahulu, maka pesawat T-34 Charlie ditetapkan dapat diterbangkan kembali, sedangkan pesawat AS-202 Bravo masih menunggu keputusan  dari Mabesau. Hal ini tentu saja disambut gembira oleh para instruktur penerbang, karena dengan diperbolehkannya pesawat T-34 Charlie terbang kembali, tentunya kekuatan pesawat latih secara otomatis bertambah dan rencana mass formation yang akan dilaksanakan tidak terkendala oleh kesiapan pesawat yang ada dan latihan pun dapat kami lanjutkan kembali.

Persiapan

Minggu 28 September 2014, pada saat seluruh keluarga melaksanakan istirahat dari berbagai macam pekerjaan kantor, kami para instruktur penerbang berangkat menuju Lanudal Juanda dengan membawa total 34 pesawat latih yang terdiri dari 10 pesawat T-34 Charlie, 14 pesawat G-120 TP Grob dan 10 pesawat KT-1B Woong Bi yang terbagi dalam enam flight. Flight pertama dengan Call Sign Woong Bi Flight terdiri dari empat pesawat KT-1B Woong Bi dengan flight leader Mayor Pnb Putu Sucahyadi berangkat mendahului menuju Lanudal Surabaya. Flight berikutnya dengan call sign Jupiter flight terdiri dari 6 pesawat KT-1B Woong Bi yang akan digunakan oleh Jupiter Aerobatic Team dengan flight leader Komandan Skadik 102 Letkol Pnb Fery Yunaldi dan disusul Bravo flight terdiri dari 7 pesawat G-120 TP Grob dengan flight leader Komandan Skadik 101 letkol Pnb Onesmus GRA, serta Delta flight terdiri dari 7 pesawat G-120 TP Grob dengan flight leader Komandan Skadik 104 Letkol Pnb Rizaldy Efranza lepas landas meninggalkan Lanud Adisutjipto.  Flight berikutnya dengan call sign Charlie flight terdiri dari 5pesawat T-34 C Charlie dengan flight leader Mayor Pnb Sukarno dan ditutup dengan Mentor Flight yang membawa 5 pesawat T-34 C Charlie dengan flight leader Mayor Pnb Safeano Cahyo. Setelah menempuh perjalanan kurang lebih dua jam, seluruh pesawat dapat mendarat dengan aman dan menuju west scramble sebagai tempat parkir bagi pesawat-pesawat latih yang memang sudah disiapkan oleh pihak Lanudal Juanda.

Setelah beristirahat sejenak, seluruh instruktur melaksanakan konsolidasi untuk mempersiapkan kegiatan keesokan harinya.   Tempat posko dari para Jupiter mendapat alokasi dari komplek gudang yang berada di dalam bandara Juanda, sedangkan tempat dilaksanakannya video conference dan morning briefing di Joint Base Ops yang berada di sebelah selatan dari komplek Bandara Juanda.  Untuk akomodasi sendiri para Instruktur mendapatkan tempat yang sangat representatif di Hotel Bandara yang berjarak kurang lebih 20 menit perjalanan dari tempat posko.   Hari itu satu tugas telah dilaksanakan dengan aman dan lancar untuk membawa 34 pesawat dari Lanud Adisutjipto ke Lanudal Juanda, dan para Instruktur kembali ke Hotel untuk mempersiapkan kegiatan keesokan harinya. 

Teguran Langsung dari Kasau.

Tanggal 29 September 2014 pagi hari di seputaran Hotel Bandara sudah ramai dengan hiruk pikuk para Instruktur untuk persiapan menuju Joint Base Ops guna melaksanakan latihan gabungan pertama dalam rangkaian flypast HUT TNI 2014.   Tepat pukul 06.00 WIB acara dimulai dengan roll call yang dipimpin flight director Komandan Wing 3 Lanud Iswahjudi Kolonel Pnb Widyargo Iko Putro.  Setelah itu dilanjutkan dengan pembacaan Time Over Target dari tiap-tiap flight yang akan terlibat dalam flypast agar tidak terjadi salah persepsi pada saat seluruh pesawat telah mengudara.  Sesi berikutnya dilaksanakan paparan kesiapan dukungan penerbangan dari Airnav Surabaya dan Meteorologi yang dilanjutkan rencana penerbangan dari tiap-tiap flight. 

Penerbangan hari itu direncanakan dengan komposisi tujuh pesawat yang terdiri dari dua pesawat T-34 C, empat pesawat G-120 TP Grob dan satu pesawat KT-1B untuk mengetahui secara pasti holding point, “A” point, Initial point dan target serta lintasan yang akan digunakan pada saat pelaksanaan flypast nantinya.   Setelah waktu yang ditentukan tiba, seluruh pesawat member dari Sierra Flight melaksanakan start engine dan persiapan menuju holding point yang berjarak sekitar 42 NM dari Lanudal Surabaya.    Sesaat setelah semua pesawat mengudara, perjalanan menuju ke holding point tidak terdapat kendala yang berarti dari aspek cuaca dan seluruh pesawat dalam kondisi yang baik.   Hingga tiba saatnya flight Sierra meninggalkan holding point, seluruh pesawat mulai menempatkan sesuai dengan formasi yang sudah dilatihkan menuju ke initial point dan target. Profil yang dilaksanakan dengan maintain ground speed di 170 kts dan vario di 600 hingga 650 fpm.  Karena ini merupakan latihan yang pertama kali bagi Sierra Flight akhirnya diputuskan target altitude yang ditetapkan saat passing di 700 feet dengan mengambil track 2.  Selama penerbangan dari mulai target sampai landing tidak ada permasalahan yang berarti sampai kami mendapat informasi agar seluruh penerbang segera berkumpul di Mako Lanud Surabaya untuk mendapatkan pengarahan langsung dari Kasau yang mendampingi Panglima TNI menyaksikan geladi pada pelaksanaan HUT TNI 2014.   Ditengah-tengah pengarahan yang disampaikan Kasau, beliau sempat menanyakan siapa yang menjadi Flight Leader dari pesawat Latih TNI AU dan menanyakan apakah tahu kesalahan yang telah dilakukan pada hari itu.  Untuk sesaat ruangan di Lanud Surabaya hening sejenak dan Beliau memerintahkan agar segera melakukan introspeksi dan koreksi agar penampilan berikutnya dapat lebih baik.   Setelah dilaksanakan klarifikasi kepada panitia yang berada langsung di Dermaga Ujung Surabaya, ternyata kesalahan yang terjadi adalah altitude pesawat saat melintas masih tinggi dan kumpulan pesawat masih terlihat kecil.   Hal tersebut menambah semangat dan adrenalin kami makin meningkat untuk segera dapat menampilkan yang terbaik seiring dengan terbenamnya sang surya di bumi Surabaya.

From Zero to Hero ...

Latihan berikutnya dilaksanakan tanggal 1 dan 2 Oktober 2014 dengan komposisi kekuatan penuh yang terdiri dari 9 pesawat T-34 C, 12 pesawat G-120 TP Grob dan 3 pesawat KT-1B. Hal ini dilaksanakan agar seluruh member tahu persis rangkaian penerbangan yang akan dilaksanakan serta untuk melatih koordinasi, situation awareness, serta kecakapan terbang formasi dengan tetap memperhatikan flight lain yang juga melaksanakan formasi, tentunya dengan holding point dan ketinggian yang berbeda. Hal ini harus diketahui secara detail dan benar-benar diresapi terutama oleh para flight leader karena dengan sedemikian banyaknya pesawat yang akan melaksanakan flypast terdiri dari pesawat tempur, pesawat angkut berat, pesawat angkut ringan, pesawat intai maritim TNI AU dan TNI AL, pesawat latih TNI AU dan pesawat latih TNI AL serta Helikopter TNI AU, TNI AD dan TNI AL yang berjumlah ratusan pesawat tentunya sangat rawan terhadap accident jika tidak dilaksanakan dengan disiplin dan konsentrasi yang tinggi oleh para penerbangnya. Satu hal lagi yang menjadi pengalaman pertama bagi para Instruktur Penerbang adalah seluruh 24 pesawat masuk ke runway secara bersama-sama dan melaksanakan take off secara formasi per element.
Gladi bersih dilaksanakan tanggal 4 Oktober 2014 yang melibatkan seluruh unsur dalam pelaksanaan flypast dan rangkaian kegiatan dilaksankaan sama persis pada saat pelaksanaan di hari H tanggal 7 Oktober 2014.Pelaksanaan gladi peringatan berlangsung dengan lancar dan mendapat apresiasi positif dari KASAU Marsekal TNI Ida Bagus Putu Dunia, “kalian sudah sangat bagus, saya sangat bangga melihatnya, saya teringat peristiwa penyerangan Pearl Harbour melihat sekian banyak pesawat latih yang melintas di atas dermaga dengan raungan mesinnya yang membuat saya merinding, jangan ditambah lagi kengerian saya, cukup dipertahankan saja, kalian sudah benar-benar bagus”, demikian sepenggal sambutan beliau pada acara ramah tamah sekaligus doa bersama dengan seluruh penerbang TNI AU yang berada di Surabaya, membuat kami merasa bangga dan yakin bahwa kerja keras kami untuk mensukseskan peringatan HUT TNI kali ini memang tidak akan sia-sia.

Hari “H” jam “J”

Hari yang dinanti pun akhirnya tiba, selasa pagi 7 Oktober 2014, matahari bersinar cukup cerah mengiringi para member sierra flight yang bersiap melaksanakan mass brief terakhir di poskotis Wingdikterbang, bertempat di hanggar cargo terminal 2 Lanudal Juanda. Mayor Pnb Sukarno selaku flight leader membuka mass brief dengan diawali laporan kepada Kadislambangjaau Marsekal Pertama TNI Rasrendro Bowo yang berkenan hadir dan meninjau persiapan akhir sekaligus memberikan semangat kepada kami para member sierra flight. Tak lupa perwakilan dari Badan Meteorologi juga menyampaikan paparan kondisi cuaca terbaru serta prakiraan cuaca beberapa jam ke depan, dilanjutkan paparan dari pihak ATC yang menyampaikan kondisi terkini fasilitas pendukung bandara baik, runway, light, nav aid dan alat pendukung lainnya.

Setelah selesai melaksanakan mass brief, seluruh member melaksanakan pengecekan kesehatan dilanjutkan flight brief dari tiap elemen. Wajah tegang tampak jelas terlihat dari setiap member mengingat even besar sudah tinggal menunggu detik detik terakhir dari pelaksanaannya dan nama baik TNI AU serta keluarga besar Jupiter menjadi taruhan berhasil tidaknya misi kali ini. Beruntung beberapa instruktur mulai mengeluarkan guyonan-guyonan yang meredakan ketegangan kami, sehingga suasana hati yang memanas mulai dingin kembali. Hal inilah yang mungkin secara tidak kami sadari berkembang seiring pembelajaran sebagai seorang instruktur, dimana selain kami sendiri harus bisa menguasai diri dan emosi, kami juga harus dapat membawa suasana hati para siswa sehingga pelajaran dan ilmu yang diturunkan dapat diterima dengan baik oleh para siswa.
Waktu menunjukkan pukul 10.00 wib, siaran televisi yang menyiarkan secara langsung upacara peringatan HUT TNI sudah memasuki pembacaan sambutan Presiden RI sebagai Panglima tertinggi TNI. Kami pun bergegas menuju ke pesawat masing masing untuk melaksanakan start sequence dari tiap-tiap flight. Tak lama keheningan pun dipecahkan oleh deru mesin turboprop dua puluh empat pesawat yang menyalakan enginenya secara bersamaan. setelah mendapatkan clearance, pesawat mulai taxi out melalui south taxiway menuju ke runway 10, melaksanakan run up dilanjutkan take off per element dengan interval waktu dua puluh detik. Setelah seluruh member take off dan mencapai safe altitude, satu persatu elemen flight melaksanakan join up ke Charlie flight dan bergabung menjadi Sierra flight. Setelah Woong Bi flight call safe dan on position, sierra flight continue climb menuju ketinggian 6000 ft sembari mengarah ke holding point dan kontak VCP untuk menunggu instruksi lebih lanjut.
Setelah beberapa kali melaksanakan holding, VCP memberikan instruksi agar sierra flight bersiap menuju point “A” untuk persiapan flypast. Seluruh member segera meningkatkan konsentrasi dan menstabilkan posisinya masing masing. Ketegangan kembali terjadi saat Kalong Flight call position 5 miles from poin “A”, jarak yang sama dengan sierra flight hanya berbeda ketinggian, awalnya sebagian besar dari kami observing ke atas, ternyata kalong flight berada di bawah kami sambil akselerasi kecepatan sehingga kekhawatiran kamipun menjadi berkurang. Tak lama berselang flight leader menginstruksikan agar kami bersiap mengurangi ketinggian menuju altitude 300 ft sambil tetap keeping position.  Setelah pesawat meninggalkan point “A” ketinggian pesawat sudah mencapai 1500 ft dan pandangan ke depan sudah mulai terlihat meskipun masih samar-samar.   Crain yang merupakan obstacle tertinggi di final sudah terlewati dan flight leader memutuskan untuk menurunkan ketinggian dari 800 ft ke 250 ft diatas permukaan air laut. Aba-aba dari flight leader yang memerintahkan pesawat steady... steady go... telah terdengar yang menginstruksikan seluruh pesawat tetap keep in position sesuai dengan jarak yang telah ditentukan.
Akhirnya detik-detik yang mendebarkanpun berlalu seiring kepulan asap yang keluar dari exhaust Woong Bi flight, tiga pesawat di posisi belakang dari sierra flight. Sesaat setelah Sierra Flight Passing terdengar suara dari Flight Director yang menyampaikan track dan ketinggian pesawat saat passing sudah sangat bagus.  Flypast berjalan dengan aman dan lancar, menghitamkan langit dermaga dengan raungan dua puluh empat pesawat latihyang diawaki oleh para instruktur penerbang TNI AU, para Jupiters yang membanggakan.
Kembali Ke Home of Jupiters Dengan Penuh Rasa Haru dan Bangga
Sehari berselang setelah perhelatan akbar tersebut, kami bersiap-siap untuk melaksanakan penerbangan kembali ke Home Base di Lanud Adisutjipto.   Seperti yang sudah direncanakan sebelumnya penerbangan ini akan dilaksanakan sekaligus 34 pesawat yang akan membentuk formasi massal yang pernah ada sepanjang sejarah Wing Pendidikan Terbang.   Tepat pukul 09.30 WIB suara mesin turbo propeller satu persatu mulai terdengar ditengah panasnya Lanudal Juanda dan karena padatnya traffic yang ada baik untuk keberangkatan maupun kedatangan pesawat sipil, akhirnya pukul 10.10 WIB seluruh pesawat diijinkan untuk line up guna persiapan take off ke Pangkalan Induknya.   Pesawat mulai lepas landas per element meninggalkan runway dengan menyisakan banyak kenangan bagi para Instruktur Penerbang selama dua minggu terakhir.   Selama perjalanan menuju Lanud Adisutjipto beberapa moment sempat diabadikan oleh salah satu pesawat KT-1 B Woong Bi sebagai dokumentasi dan saksi dari sejarah perjalanan TNI pada masa mendatang.   Akhirnya satu-persatu pesawat kembali mendarat di Pangkalan Induknya dengan aman dan selamat.    Tatapan haru dan bangga dari para istri dan sang buah hati menambah suasana menjadi haru biru sesaat setelah para Jupiter keluar dari cockpit pesawat.  Dengan diakhiri acara syukuran dan doa bersama, selesailah tugas yang diamanatkan kepada para pengawal-pengawal dirgantara ini dengan aman, lancar dan tidak ada kendala yang berarti selama pelaksanaannya.

Minggu, 28 September 2014

My first solo flight

28-9-2014, penerbangan solo pertama saya sebagai member no 6 dari delta flight, bergerak sebanyak 7 pesawat dari lanud adi sutjipto yogyakarta menuju lanudal juanda surabaya.

Exactly ga ada yg istimewa, hanya saja saya menyadari "kesendirian" saya di ruang yang tak berbatas ini, menyerahkan seluruh hidup saya kepada Yang Kuasa, mempercayakan perjalanan saya kepada pesawat Grop G 120 TP , nomor registrasi LD-1208.

Beberapa hal yang saya dapatkan dari penerbangan kali ini:

- seberapapun lemahnya kita, jika kita berusaha maka kita akan mencapainya, tidak ada masalah yang tidak bisa diselesaikan kecuali kemalasan...

- sadarilah kekurangan diri kita, isi pengetahuan kita terutama ttg pesawat yang kita awaki, saat kita solo flight tidak ada satupun yang bisa membantu kecuali diri kita sendiri...

- percayalah bahwa Yang Kuasa tidak tidur, Dia akan selalu bersama kita dimanapun dan dalam keadaan apapun, jika Dia membiarkan kita dalam kesulitan, itu berarti Dia sedang menguji ketangguhan kita dan kita pasti bisa menyelesaikannya

Setelah menempuh perjalanan selama kurang lebih satu jam lebih, akhirnya saya mendaratkan pesawat saya di Runway 10 lanudal juanda.

J-806

Rabu, 10 September 2014

roda kehidupan

kalau ada yang bilang hidup ini seperti roda kehidupan pastilah memang benar adanya, kadang kita berada di atas, disanjung, dipuja dan dipuji, terkadang kita pun berada di bawah, dicaci maki, diinjak-injak dan dicemooh.

namun jangan lupa, namanya roda kehidupan pasti akan berjalan di "jalan kehidupan" yang mulus, berkerikil, berbatu dan bahkan berlubang atau lebih parah lagi "jalan kehidupan" yang berceceran oli. bagi orang tertentu yang beruntung, saat berada di atas roda kehidupan kemudian masuk ke jalan kehidupan yang berceceran oli, roda itu akan berhenti berputar namun tetap berjalan di jalan kehidupan tersebut karena "slip" akibat adanya "oli" tersebut.
begitu juga bagi orang tertentu yang bernasib sial, sedang berada di bawah roda kehidupan, melewati ceceran oli yang panjang di jalan kehidupan, alhasil untuk beberapa waktu dia akan terus berada di bawah. 

aahhhh, namanya juga roda kehidupan yang berjalan di jalan kehidupan, jalani saja sambil bagaimana kita berinteraksi dengan roda-roda yang lain.....


J-806

jogja, 11 sept 2014
di sela tugas mengawasi penerbangan sebagai duty SOF

Selasa, 02 September 2014

Bidadari-bidadari kecil di "sayap ibu"

(insert foto saya ambil dari internet, Lina salah satu pengasuh di sana dan salah seorang bayi mungil yang dirawat disana)


Bbrp hari yang lalu putri pertama saya Nareshwari Callysta Adzra merayakan ulang tahunnya yang ke-5 tepat tanggal 30 Agustus 2014. tidak ada acara khusus ataupun pesta kecil utk memperingatinya, kami justru ingin mengajarkan kepadanya bagaimana mensyukuri nikmat Allah SWT dengan cara berbagi ke sesama.

Pilihanpun kami jatuhkan ke panti asuhan yayasan sayap ibu yang terletak di daerah gejayan, Yogyakarta, panti asuhan yang mengkhususkan diri untuk merawat bayi-bayi yang tidak diinginkan dan ditelantarkan oleh orang tuanya.

kunjungan ini merupakan kali kedua saya mengunjungi tempat ini, setelah sebelumnya saya bersama rekan mantan siswa instruktur berkunjung kesana. terbersit rasa haru saat saya memasuki panti asuhan ini, membayangkan nasib 22 anak usia 1 bulan sampai 3 tahun yang ditelantarkan orang tuanya lantaran tidak dikehendaki kehadirannya, entah karena memiliki cacat bawaan maupun hasil hubungan gelap kedua orang tuanya. 

Tuhan, bayi-bayi ini begitu lucu dan menggemaskan, kenapa orang tuanya begitu tega membuangnya??? 
aaahh, tidak sanggup lebih lama saya berada di tempat itu, adzan maghrib pun akhirnya memisahkan kami dan bayi-bayi mungil itu, bidadari-bidadari penjamin surga yang tidak pernah disadari oleh kedua orang tuanya...


Sabtu, 26 April 2014

33th my age 😇



sungguh suatu kondisi yang sangat tidak mengenakkan, betapa tidak... 26 April 2014, hari ini genap usia saya 33 tahun, tetapi apa daya sy tidak bisa pulang berkumpul dengan keluarga terutama anak2 yg pastinya sangat merindukan saya...

pukul 23:47wib, diujung jalan malioboro, Jogjakarta saya duduk sambil merenung, apa yg sudah saya lakukan selama ini? apa yang sudah saya persembahkan untuk orang2 yang saya cintai? apa yg sudah saya lakukan untuk negeri tercinta ini? banyak pertanyaan yg berkecamuk di benak saya...

tidak!! apa yg saya lakukan belum cukup, belum bisa membuat seorang kamto adi saputra berbangga karena telah berbuat sesuatu. di samping saya duduk sekumpulan anak2 "berada" yang sedang menikmati malam sambil bermain domino dan menikmati bir kalengan, sementara tidak jauh dari mereka seorang bapak tua renta sedang menggelar tikar usang di emperan toko bersiap untuk tidur, aaahhhh sungguh kondisi yg sangat ironis menurut saya.

ada rasa malu saat saya mencoba bertekad, tapi saya sadar bahwa semua berawal dari mimpi, berawal dari tekad yang kemudian kita aplikasikan dalam perbuatan...

saya harus bisa dan saya pasti bisa...
menjadi pribadi yang lebih baik
menjadi sosok yang lebih bijak
menjadi manusia yang lebih berguna
menjadi seorang kapten pnb kamto adi saputra seutuhnya, inshaa Allah...



malioboro, 26-4-2014
23:58wib

Senin, 21 April 2014

Wingday Sekolah Penerbang TNI AU A-85


Gemuruh sangkakala mengiringi langkahmu
disaksikan keluarga dan handai taulan
di lembah merapi dan merbabu
engkau awali pengabdian bagi bangsamu...

selamat datang di medan tugas adikku
semoga Sang Khalik senantiasa mengiringi kepak sayapmu...

sepenggal puisi di atas hanya sedikit dari ungkapan rasa bangga yang bisa saya keluarkan dari hati saya, atas keberhasilan adik2 saya menyelesaikan pendidikan sekolah penerbang di lanud adi sucipto. tiada kata selain ucapan syukur dan bangga sebagai senior, kakak dan calon instruktur penerbang karena dapat melihat keluarga adik2 saya menyematkan wing penerbang di dada anak-anak mereka. 

sekali lagi saya ucapkan selamat dan sukses, medan tugas menanti kalian, 

jadilah penerbang sejati, pengawal dirgantara nusantara Indonesia...





Minggu, 09 Februari 2014

Semua terjadi karena suatu alasan, catatan seorang calon astronot NASA

Aku menang karena aku kalah

catatan seorang calon astronot NASA
-------------------------------------------------------------------------------- 

Semua dimulai sebagai impian, aku ingin menjadi astronot, aku ingin terbang keluar angkasa. Tapi aku tidak memiliki”hal yang tepat”, aku tidak memiliki gelar dan aku bukan seorang pilot. Lalu terjadilah! Gedung putih mengumumkan pencarian warga biasa untuk ikut dalam penerbangan 51 * L pesawat ulang alik challenger dan warga itu adalah seorang guru. Pada hari itu juga aku mengirimkan surat lamaran ke Washington.

Setiap hari aku berlari ke kotak pos. Akhirnya datanglah amplop resmi berlogo NASA. Doaku terkabul ! Aku lolos penyisihan pertama. Ini benar-benar terjadi padaku ! Selama beberapa minggu berikutnya, perwujudan impianku semakin dekat saat NASA melakukan tes fisik dan mental. Saat tes selesai aku menunggu dan berdoa lagi. Aku tahu aku semakin dekat pada impianku. Aku akhirnya menerima pangilan yang telah lama ku dambakan dan kumohon dalam doa. NASA memilihku untuk mengikuti program latihan astronot khusus di Kennedy Space Center.

Dari 43.000 pelamar, menjadi 10.000 orang dan akhirnya aku menjadi bagian dari 100 orang yang berkumpul untuk penilaian terakhir. Ada simulator, uji klaustrofobi, latihan ketangkasan, eksperimen mabuk udara. Mana diantara kami yang melewati ujian akhir ini ? Tuhan, biarlah diriku yang terpilih, aku berdoa. Aku sangat menginginkannya. Lalu tibalah berita yang menghancurkan itu. NASA memilih Christa McAufliffe. Aku kalah. Impian hidupku hancur. Depresi, rasa percaya diri lenyap dan rasa marah menggantikan kebahagiaanku saat aku mempertanyakan semuanya; Kenapa Tuhan, kenapa bukan aku ? Bagian diriku mana yang kurang ? Mengapa aku diperlakukan kejam ? Aku berpaling kepada ayahku, dia berkata, “Semua terjadi karena suatu alasan”.

Selasa, 28 Januari 1986, aku berkumpul bersama teman-teman untuk melihat peluncuran challenger. Saat pesawat itu melewati menara ladasan pacuan, aku menantang impianku untuk terakhir kali. Tuhan aku mau melakukan apa saja agar ada di dalam pesawat itu. Kenapa bukan aku ? Tujuh puluh tiga detik kemudian, Tuhan menjawab semua pertanyaanku dan menghapus semua keraguanku saat challenger meledak dan menewaskan semua penumpangnya.

Aku ingat kata-kata ayahku, “SEMUA TERJADI KARENA SUATU ALASAN” Aku tidak terpilih untuk penerbangan itu, walaupun aku sangat menginginkannya karena rencana Tuhan memiliki alasan lain untuk kehadiranku di bumi ini. Aku memiliki misi lain dalam hidupku. Aku tidak kalah; aku seorang pemenang, Aku menang karena aku telah kalah. Aku masih hidup untuk bersyukur pada Tuhan karena semua doaku tidak terkabulkan.