Selasa, 30 Juli 2013

JANGAN TERTIPU PENAMPILAN

Seringkali terjadi dalam kehidupan kita, seseorang dilihat hanya dari penampilannya saja. Banyak contoh yang terjadi di masyarakat kita, belum apa-apa, baru dilihat dari penampilannya saja, seseorang sudah akan mendapat penilaian dari khalayak. Mungkin karena itu juga ada pepatah yang mengatakan "yang penting penampilannya dulu, hasilnya belakangan", walaupun ada juga yang bilang "don't judge a book by its cover". Mungkin ini pula yang mengilhami saya untuk menceritakan sedikit pengalaman yang tentu saja membuat saya tersenyum jika mengingatnya.

Saat ini saya berdinas di Satuan Udara Pertanian KOOPSAU I dan sedang menjalankan mission di Lampung dimana mayoritas penduduk disini menggantungkan hidupnya dari hasil pertanian dan perkebunan, banyak hal baru yang saya peroleh selama berdinas di sini, mulai mempelajari berbagai kondisi dan lingkungan hidup masyarakatnya, hingga belajar bahasa setempat.

Suatu hari saya mengunjungi salah satu kantor cabang pembantu bank terkenal di Negeri ini, seperti sudah menjadi protap, pak satpam pasti akan membukakan pintu sambil menyampaikan salam dan menanyakan kepentingan kita, entah itu setor, tarik, transfer ataupun berurusan dengan customer service, dilanjutkan dengan mempersilahkan kita untuk duduk menunggu giliran.

Tak lama berselang, datang seorang nenek tua bersendal jepit dengan pakaian khas orang yang sudah sepuh sambil memanggul sebuah karung dengan menggunakan kain jarik lusuh. Pak satpam tetap membukakan pintu dan menyapa sambil mempersilahkan duduk di samping saya tanpa menanyakan apa keperluan beliau. Beberapa orang di sekitar saya kontan langsung menggeser tempat duduknya sedikit menjauhi nenek tersebut. Dalam hati sayapun sempat menebak-nebak, kira-kira nenek ini pekerjaannya mencari botol plastik atau kaleng minuman untuk dijual kembali, mungkin ada sedikit rezeki hingga beliau mau menabung, atau mungkin nenek ini mau membayar cicilan? Pikiran saya pun berkecamuk dengan berbagai pertanyaan yang tak satupun berani saya ajukan kepada beliau. Saya perhatikan beberapa orang juga terlihat memandang sinis kepada beliau hingga menimbulkan simpati saya.

Sampai pada giliran saya menuju teller, saya persilahkan beliau maju terlebih dahulu untuk sedikit menunjukkan kesopanan saya kepadanya. Beliaupun mengucapkan terima kasih dan segera maju sambil menggendong karung yang dibawanya. Belum habis simpati saya, beliau kembali mengejutkan hati saya, karung putih ukuran 50kg yang dibawanya tersebut ternyata berisi uang pecahan Lima Puluh Ribu Rupiah...!!! Kontan saja, tak hanya saya, tetapi seisi ruangan Bank tersebut terkaget-kaget dibuatnya. Sayapu  tidak habis pikir, seorang nenek tua, berpakaian lusuh, membawa karung cukup besar yang ternyata berisi uang pecahan lima puluh ribu rupiah dan tanpa pengawalan sedikitpun. Sampai pada giliran saya berada di teller sebelahnya, mesing hitung uang sudah menunjukkan angka tiga ratus juta lebih. Ternyata beliau baru saja memperoleh sebagian dari hasil panen kebunnya dan bermaksud menabungkannya...

Subhanallah..... Maha Suci Allah yang selalu mengingatkan umatNya dengan berbagai cara.




Sabtu, 27 Juli 2013

UNPREPARED FREE FALL & CDS DROP DI KEPULAUAN MENTAWAI


 

Malam itu tanggal 27 Oktober 2010, waktu sudah menunjukkan pukul 21.30 wib, saya sudah bersiap untuk istirahat tatkala handphone saya berdering menandakan ada SMS yang masuk. Segera saya buka di inbox folder, ternyata Duty Ops Skadron Udara 31 yang mengirim pesan “Selamat malam, ijin menyampaikan misi dadakan esok hari duk jun free fall dan CDS dalam rangka bansos berdasarkan perintah RI-1 di kepulauan Mentawai. Crew Myr Pnb Rony / Kpt Pnb Anjoe / Ltt Pnb Kamto / Myr Nav Sudaryanto / Ltt Nav Feisal. Rute HLM – Sas/Mentawai – BIM – HLM. ETD 06.00 wib, briefing dilaksanakan pukul 04.00 wib, mmp terima kasih. Saya segera bersiap menuju kantor untuk melaksanakan persiapan awal, sesampainya di Skadron, sudah ada Mayor Rony dan Mayor Sudaryanto serta Letnan Feisal. Persiapan awal pun segera dilakukan mulai dari briefing koordinasi, plotting peta, GPS, serta menyiapkan slide brief untuk paparan esok pagi. Pada malam itu juga dilaksanakan pengepakan/rigging barang yang akan diterjunkan sebanyak 3000 kg yang terbagi dalam 8 bundel CDS masing-masing seberat 500 kg sejumlah 5 bundel, 1 bundel seberat 610 kg dan 2 bundel seberat 200 kg. Setelah selesai melaksanakan persiapan awal, kamipun kembali ke rumah masing-masing untuk melaksanakan istirahat.

Waktu menunjukkan pukul 03.45 wib tanggal 28 Oktober 2010, pagi yang cukup dingin di akhir Bulan Oktober setelah hujan yang cukup deras mengguyur kota Jakarta tadi malam. Awak pesawat, peterjun, personel PLLU, meteorologi dipimpin langsung oleh Komandan Skadron Udara 31 Letkol Pnb M. Iman Handojo dan dihadiri oleh Komandan Lanud Halim Marsma TNI M.Nurullah, serta Kaskoopsau I Marsma TNI Bagus Puruhito telah siap di ruang brief Skadron Udara 31 untuk melaksanakan briefing penerbangan dan penerjunan yang akan dilaksanakan pagi hari itu. Ada yang terasa lain pada briefing kali ini, karena misi penerjunan kali ini adalah “the real mission, bukan misi latihan yang biasa dilaksanakan oleh crew C-130 Hercules dimana rute, zona penerjunan dan profilnya sudah sering dilatihkan dan ditentukan. Pada misi kali ini kami hanya berbekal koordinat yang diberikan oleh rekan-rekan dari TNI AL yang sudah lebih dulu berada di lokasi bencana. Rencana penerbangan, profile serta rute hanya diplot dipeta dan GPS, tidak ada informasi mendetail tentang dropping zone yang akan dituju, “wah, seperti perang betulan nih…hanya bedanya kita ada di wilayah sendiri, bukan menyerang wilayah musuh” canda Komandan Lanud seraya membuka briefing pagi itu.


Setelah selesai melaksanakan briefing, kami segera menuju ke pesawat untuk melaksanakan crew brief, tak lupa cek kesehatan dan load master brief bersama peterjun yang akan melaksanakan  dropping di Kepulauan Mentawai. Menggunakan pesawat dengan nomor registrasi A-1321, dengan total loadment 8.800 kg yang terbagi dalam 8 bundel CDS serta 19 peterjun yang terdiri dari 15 personel Korpaskhas dan 4 personel Perbekud kami siap melaksanakan misi kemanusiaan tersebut. Tak lama berselang keempat engine T56-15A pesawat C-130 Hercules itupun bergemuruh memecah keheningan pagi, pesawat kemudian taxi out menuju landas pacu 24 untuk bersiap melaksanakan penerbangan. “Happy landing, semoga sukses dalam misi ini” salam Komandan melalui radio VHF dari mobil VCP melepas keberangkatan kami. Pesawat pun take off kemudian maintain runway heading sampai dengan 3 Nm HLM VOR dan join wishkey 19 lalu climbing menuju ketinggian 16.500 ft. Rute yang dilalui antara lain HLM-CKG-TKG-BKL-Pagai Selatan-Pagai Utara. Setelah melaksanakan penerbangan lebih kurang 1 jam 20 menit dan overhead BKL VOR, pesawat mulai descent menuju ketinggian 2500 ft untuk melaksanakan low pass di atas Kepulauan Mentawai sesuai dengan koordinat yang telah diberikan. Ternyata koordinat yang telah diberikan tepat berada di tepi pantai, daerah ini tidak dapat dijadikan dropping area dikarenakan pertimbangan keamanan. Akhirnya PIC (pilot in command) pada waktu itu mayor pnb Rony memutuskan untuk mencari lokasi penerjunan yang dirasa aman untuk personel free fall dan CDS, setelah berputar-putar sekitar 30 menit, kami akhirnya menemukan daerah terbuka yang dirasa aman untuk penerjunan, Dusun Purogout di Pulau Pagai Utara dan Dusun Minoai di Pulau Pagai Selatan. Saat melaksanakan low pass di Pulau Pagai Selatan, kami sempat bertemu dengan P-852 (pesawat cassa milik TNI AL) yang sedang melaksanakan free cargo drop di wilayah yang sama. Berkat komunikasi 2 arah yang baik, kami akhirnya memutuskan untuk melaksanakan dropping di Pulau Pagai Utara terlebih dahulu untuk menghindari collision dengan P-852. Setelah navigator selesai melaksanakan plotting, pesawat climbing ke ketinggian 4000 ft untuk melaksanakan personel drop. Peterjun segera bersiap menuju ramp door pesawat dan segera melompat sesaat setelah overhead diatas daerah sasaran yang baru ditentukan tersebut.

Setelah selesai melaksanakan free fall sebanyak 10 personel, pesawat descent ke ketinggian 600 ft di atas permukaan laut sembari melaksanakan holding untuk memberikan tenggat waktu bagi personel yang baru saja terjun untuk membuat tanda silang (X) dari kain berwarna orange sebagai dropping spot saat pelaksanaan CDS. Setelah selesai melaksanakan persiapan, pesawat mengambil final approach untuk melaksanakan CDS drop, load master dibantu dengan jump master telah siap di compartment pesawat untuk menerjunkan barang bantuan tersebut. Empat bundle CDS pun meluncur keluar dari pesawat dan parasut mengembang dengan sempurna mengantar bundle-bundel berisi makanan dan obat-obatan serta selimut bantuan dari Presiden RI menuju dropping spot yang telah disiapkan. Empat bundle CDS mendarat dengan sempurna dan segera diamankan oleh personel yang telah terjun lebih dulu dibantu masyarakat sekitar. Selesai di Dusun Purogout, pesawat melanjutkan penerjunan di Dusun Minoai, Pagai Selatan dan berhasil dengan sukses.

Beberapa saat setelah penerjunan, Presiden SBY dan Ibu Negara didampingi beberapa Menteri dan staf bertolak dari Bandara Minangkabau menuju Kepulauan Mentawai dengan menggunakan helikopter VVIP untuk melihat secara langsung keadaan masyarakat di daerah yang terkena bencana dan menyerahkan secara langsung bantuan obat-obatan, makanan dan selimut yang sebelumnya telah diterjunkan oleh pesawat C-130 Hercules TNI AU.

Dengan keberhasilan yang telah diraih pada pelaksanaan misi tersebut, Presiden SBY menyampaikan apresiasi dan rasa terima kasih yang besar, begitu juga para korban bencana, karena dengan adanya pendistribusian bantuan melalui CDS (Cargo Delivery System) seperti yang baru saja dilaksanakan, distribusi bantuan akan cepat sampai dan dapat menjangkau daerah-daerah terpencil yang sulit dijangkau oleh kendaraan darat maupun kapal laut. Kamipun sebagai crew pesawat juga mendapatkan pengalaman yang sangat berharga dimana misi yang dilaksanakan benar-benar diluar perencanaan sebelumnya, hanya berbekal koordinat yang diberikan, kami harus menelusuri dan mencari serta menentukan titik aman untuk melaksanakan penerjunan personel dan barang, dalam hal ini kami sebut sebagai “unprepared dropping zone”. Keberhasilan misi tersebut tidak akan dapat tercapai tanpa adanya latihan-latihan yang sering dilaksanakan sebelumnya serta adanya koordinasi yang baik antar satuan sehingga misi yang diberikan walaupun bersifat mendadak dapat dilaksanakan dengan baik.

Jumat, 26 Juli 2013

BENTANGAN SAYAP DUA BELAS RAJAWALI PADA PELAKSANAAN LATGAB TNI 2008










Pada saat pelaksanaan Fire Power Demo yang dilaksanakan di AWR Buding Tanjung Pandan pada tanggal 2007, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono memerintahkan seluruh jajaran TNI agar mempersiapkan diri menjelang pelaksanaan Latgab TNI 2008. Mendengar instruksi ini, kami segera mengadakan persiapan-persiapan yang dibutuhkan untuk melaksanakan tugastersebut. Sejak awal tahun 2008, setiap hari sabtu dan minggu kami melaksanakan latihan terbang formasi, sehingga diharapkan pada saat pelaksanaan Latgab TNI 2008 nantinya kami dapat memberikan hasil yang benar-benar maksimal dan memuaskanHari-hari menjelang pelaksanaan kami rasakan teramat sibuk, para Navigator dan Copilot sibuk berkonsolidasi dalam membahas dan mempelajari rute penerbangan yang akan dilalui saat pelaksanaan Latgab TNI 2008 nanti.
Pelaksanaan Latgab TNI 2008 ini dilaksanakan di 4 trouble spot yaitu Ranai, Batam, Singkawang, dan Sangata. diawali dengan Ferry Flight 5 pesawat C-130 Herkules dari Lanud Halim Perdanakusuma pada tanggal 14 Juni 2008 yang melaksanakan Low Level Formation Flight dengan rute HLM-TMII -PW-BND-CITANDANGAN-TSK- CLP – KBMN-PROGO - OF -KLATEN -SOSRAGEN – NGAWI – NGANJUK JOMBANG-MOJOKERTO-PORONG-LW-ABD. Berbagai manuver formasi kami coba latihkan selama perjalanan, mulai dari box formation, trail formation, stage up maupun stage down formation.



Sesampainya di ABD kami disambut oleh Crew Skadron Udara 32 dan langsung melaksanakan briefing koordinasi mengenai persiapan-persiapan menjelang keberangkatan. Setelah melaksanakan briefing, seluruh crew beristirahat di mess sambil mempersiapkan fisik dan mental karena keesokan malamnya akan melaksanakan penerbangan formasi yang terdiri dari 12 pesawat C-130 Herkules gabungan dari Skadron Udara 31 Halim P dan Skadron Udara 32 ABD. Suatu prestasi yang dapat dibilang luar biasa dengan banyaknya keterbatasan suku cadang yang dimiliki oleh TNI AU saat ini di samping motivasi dan kebanggaan yang teramat besar yang dimiliki oleh Crew Rajawali Flightkarena mendapat kepercayaan untuk mendukung pelaksanaan Latgab TNI  yang merupakan latihan terbesar TNI setelah 12 tahun penyelenggaraan Latgab TNI sebelumnya yang dilaksanakan pada tahun 1998.

 

Saat itupun tiba,Hari Minggu tanggal 15 Juni 2008, pukul 19.00 WIB seluruh Crew Rajawali Flight  sudah berkumpul di Taxiway Lanud ABD Saleh. Para Ground Crew mengecek kesiapan pesawat, para Penerbang dan Navigator berkumpul di briefing room untuk melaksanakan koordinasi terakhir menjelang keberangkatan.

Pukul 23.00 WIB, seluruh crew sudah siap di pesawat masing-masing untuk melaksanakan crew & jump master brief. Sesaat kemudian pasukan dari TNI AD yang akan meleksanakan penerjunan mulai memasuki pesawat. Tak berapa lama deru mesin 12 pesawat C-130 Herkules mulai terdengar memecah kesunyian malam, kedua belas pesawat mulai bergerak menuju landasan  paju Lanud ABD.

 

Tak lama berselang, pesawat-pesawat itupun mulai mengudara meninggalkan Pangkalan TNI AU ABD Saleh menuju dropping zone di Sanggata, Kaltim. Iring-iringan pesawat kemudian membentuk formasi dan melalui rute yang telah disepakati. Perjalanan memakan waktu ± 2 jam. Menjelang dropping zone, pesawat-pesawat mulai melaksanakan “slow down procedure” dan load master mulai membuka paratroop door.  Pasukan mulai memasang static line dan bersiap untuk melaksanakan penerjunan.  Pesawat mulai membentuk  dua sisi “trail formation”  dengan posisi yang cukup rapat.

 

Sesaat menjelang penerjunan pesawat urutan no 8 dengan registrasi A-1319 terkena wash pesawat di depannya dan oleng ke kanan. Captain Pilot segera mengarahkan pesawat keluar dari formasi untuk menguasai pesawat sesaat kemudian kembali ke formasi, penerjunan pun dapat terlaksana dengan lancar. Belum selesai proses penerjunan, masalah kembali terjadi, pada pesawat ke 11 dengan nomor registrasi A-1320 terlihat kejanggalan  pada paratroop door sebelah kanan. Seorang peterjun terlihat tersangkut di pesawat. Pilot langsung bertindak cepat mengarahkan pesawat keluar dari formasi dan melaksanakan prosedur emergency. Tidak berapa lama peterjun tersebut dapat ditarik kembali ke dalam pesawat tanpa mengalami luka serius.

Tindakan-tindakan para Penerbang tersebut tidaklah mungkin dapat dilakukan secara cepat dan sigap tanpa adanya latihan-latihan yang sering dilaksanakan sebelumnya. Pengalaman-pengalaman tersebut sangatlah berharga bagi seluruh Crew Rajawali Flight. Sekembalinya pesawat-pesawat ke Lanud Halim Perdanakusuma, segera diadakan briefing evaluasi mengenai persiapan dan pelaksanaan kegiatan Latgab TNI 2008. Pengalaman-pengalaman yang terjadi diambilhikmah dan pelajarannya. Sungguh merupakan suatu pengalaman yang sangat berharga dan amat membanggakan menjadi bagian dari Crew Rajawali Flight dalam rangka Latgab TNI 2008.


(waktu itu masih) Lettu Pnb Kamto Adi S.

SATUAN UDARA PERTANIAN DALAM SEJARAH, KIPRAH DAN MASA DEPANNYA

 

Bagi kita insan dirgantara, termasuk anggota TNI AU sendiri mungkin jarang mendengar tentang Satuan Udara Pertanian (SATUD TANI), sebuah satuan udara yang dibentuk oleh (satu-satunya) instruksi Presiden yang di sampaikan langsung melalui Kepala Staf Angkatan Udara. Berhubung tugas pokok yang diemban oleh Satud Tani lebih menitik beratkan pada pengembangan sektor pertanian serta tugas-tugas yang berkaitan dengan aerial agricultural sehingga sepak terjang satuan ini jarang terdengar di lingkungan kerja TNI AU maupun dunia kedirgantaraan.

Sejarah berdirinya Satud Tani berawal pada tahun 1966, dimana pada saat itu Kompartemen Pertanian dan Agraria dengan para pendahulu TNI AU merintis pemanfaatan wahana udara melalui penggunaan pesawat terbang bagi kepentingan kesejahteraan rakyat dimasa damai khususnya dalam bidang pertanian, hal tersebut dilakukan dengan mengadakan Persetujuan Kerja Sama Operasi Karya antara Kompartemen Pertanian dan Agraria dengan Departemen Angkatan Udara tanggal 19 Januari 1966 dan selanjutnya berdasarkan Keputusan Panglima Angkatan Udara Nomor 19 jo Nomor 20 tahun 1969 dibentuklah “Flight Gelatik” yang pada dasarnya merupakan satuan embrio guna pelaksanaan tugas-tugas dibidang penerbangan pertanian.  Pada perkembangan selanjutnya pemerintah menilai bahwa dalam pertanian modern pesawat terbang mempunyai peranan yang sangat pentingsehingga akhirnya Pemerintah memanfaatkan pesawat terbang yang dimiliki oleh TNI AU untuk membantu memajukan bidang pertanian.

Keberhasilan yang dicapai “Flight Gelatik” dalam mengemban tugas-tugasnya mendapat perhatian positif dari Pemerintah hingga akhirnya dikeluarkanlah Instruksi Presiden Nomor 5 tahun 1970 tanggal 21 Pebruari tentang pemanfaatan pesawat-pesawat TNI AU bagi kepentingan pertanian yang kemudian ditindak lanjuti dengan pembentukkan Satuan Udara Pertanian beserta ketentuan-ketentuannya melalui Surat Keputusan Bersama antara Menhankam/Pangab dengan Menteri Pertanian Nomor : KEP/B/31/VI/1971.258/Kpts/Um/6/1971 tanggal 16 Juni 1971, tentang pembentukan Satuan Udara Pertanian. Sesuai dengan Surat Keputusan Bersama (SKB) terbsebut yang menjadi Tugas Pokok Satud Tani adalah :

a.
a. Melakukan penelitian tentang  aerial application.
b.
b. Mengembangkan hasil penelitian .
c.
c. Melaksanakan aerial application dan aerial work lainnya (sesuai kemampuan pesawat).

Tugas-tugas yang dilaksanakan oleh satuan ini sangat berhasil dalam meningkatkan produksi pertanian, khususnya dalam hal pemberantasan hama melalui aerial application sehingga dapat meningkatkan produksi beras nasional dan pada awal tahun 1984 Pemerintah menetapkan bahwa Negara Indonesia dapat mencapai swasembada pangan.

Saat ini Satuan Udara Pertanian TNI AU diperkuat oleh dua pesawat PC-6/B2-H2 Pilatus Porter yang terkenal sebagai pesawat legendaris dan memiliki banyak kemampuan handal dalam melaksanakan tugas-tugas diantaranya:

a. Agricultural duties (crop spraying).   Pesawat PC-6/B2-H2 Pilatus Porter mampu menyemprotkan cairan dan menabur granular/butiran pada areal yang luas dengan medan yang sulit  seperti perkebunan, persawahan, tegalan, hutan, dan pegunungan. Aplikasi dapat dilakukan secara serentak dan cepat sebab bila dilakukan secara manual atau menggunakan melalui media darat menjadi kurang efektif dan efisien.   Pesawat PC-6 dapat digunakan sebagai sarana utama dalam menghadapi keadaan darurat khususnya dalam bidang pertanian, seperti adanya eksplosif serangan hama yang membutuhkan penanganan cepat yang melibatkan Kementan dan Pemda.   Pelaksanaan agricultural dutiesdiantaranya penerapan teknologi cane ripener,penyemprotan cairan herbisida dan disinfektan.

 

b.  Fire fighting (water bombing).   Pesawat PC-6/B2-H2 Pilatus Porter mampu melaksanakan pengeboman cairan sekaligus sebanyak 800-1000 liter melalui udara, kemampuan ini dapat dimanfaatkan untuk pemadam kebakaran lahan yang jauh dari sumber air dan kebakaran yang terjadi di daerah padat penduduk seperti perkotaan.

 

c.  Aerial Survey.   Pesawat PC-6/B2-H2 Pilatus Porter mampu melaksanakan survey melalui udara hal ini dapat dimanfaatkan untuk melihat atau mengambil data luasan areal pertanian, melihat kondisi akibat bencana alam seperti kekeringan, banjir, longsor, serangan hama dan lain-lain, serta membantu kebutuhan survey melalui udara.

 

d.  Aerial Photographs.   Pesawat PC-6/B2-H2 Pilatus Porter mampu untuk melaksanakan pemotretan dari udara secara horizontal maupun vertikal, kemampuan ini dapat dimanfaatkan untuk pengambilan gambar foto udara atau untuk pembuatan data luasan/peta areal pertanian danpemetaan areal hutan dan pemantauan potensi dan kondisi hutan.

 

e.  Passenger transport.   Pesawat PC-6/B2-H2 Pilatus Porter mampu mengangkut penumpang sebanyak 11 orang termasuk 2 orang crew pesawat, kemampuan ini dapat dimanfaatkan untuk tranportasi kunjungan pejabat ke daerah-daerah terpencil, angkutan petugas PPL (Penyuluh Pertanian Lapangan) yang bertugas di daerah-daerah terpencil dan membantu mengatasi keadaan darurat yang membutuhkan kecepatan melalui sarana transportasi udara.

 

f.   Cargo transport.   Pesawat PC-6/B2-H2 Pilatus Porter mampu untuk mengangkut barang cair dan padat ke daerah-daerah terpencil yang sulit dijangkau melalui laut maupun darat serta membutuhkan waktu yang cepat, kemampuan ini dapat dimanfaatkan untuk mengangkut bibit ternak, bibit tanaman, pupuk dan alat-alat pertanian ke daerah-daerah terpencil yang sulit dijangkau melalui laut maupun darat serta membantu mengatasi keadaan darurat yang membutuhkan sarana transportasi udara dengan cepat.

 

g.  Ambulance duties.   Pesawat PC-6/B2-H2 Pilatus Porter dapat dimanfaatkan untuk sarana ambulan udara bagi pasien darurat, mampu mengangkut 2 pasien dengan posisi terbaring atau lebih dari 2 orang untuk pasien duduk, memberikan dukungan transportasi kepada petugas PPL di lapangan/daerah terpencil bila sakit dapat segera ditangani di rumah sakit.

 

h. Search and Rescue (SAR).   Pesawat PC-6/B2-H2 Pilatus Porter mampu melakukan pencarian korban bencana melalui udara dengan waktu terbang ± 3-4 jam untuk memberikan bantuan darurat, melakukan pencarian korban di darat maupun di laut, mengangkut tim rescue ke daerah bencana dengan didaratkan ataupun diterjunkan memberikan bantuan darurat logistik dan lainnya melalui udara dengan cargo drop menggunakan helly boxketempat korban ditemukan.

 

i.  Airborne laboratory.   Pesawat PC-6/B2-H2 Pilatus Porter mampu membawa alat peralatan penelitian yang dapat dimanfaatkan untuk dukungan penelitian Puslitbang Kementan dan lembaga/instansi lainnya.

 

j.   Inspection of pipelines, highway, farm field etc.  Pesawat PC-6/B2-H2 Pilatus Porter mampu untuk terbang pada ketinggian dan kecepatan yang rendah, sehingga dapat dimanfaatkan untuk melakukan inspeksi sarana irigasi pertanian, pipa air, minyak dan gaslahan pertanian, perkebunan dan kehutanan.

 

k.   Airborne pollution control.   Pesawat PC-6/B2-H2 Pilatus Porter mampu membawa alat pemantau polusi lingkungan untuk memantau tingkat polusi udara melalui udara dan memantau luasan areal yang tercemar di udara, di air maupun di darat.

 

l.   Parachuting.   Pesawat PC-6/B2-H2 Pilatus Porter mampu membawa barang yang dilengkapi dengan parasut ke daerah-daerah bencana/terpencil yang sulit dijangkau melalui laut maupun darat serta membutuhkan waktu yang cepat, dapat dimanfaatkan untuk dropingbarang (makanan dan peralatan) dengan menggunakanhelly box.

 

m.   Paradropping.   Pesawat PC-6/B2-H2 Pilatus Porter mampu membawa peterjun 7–9 orang untuk  menerjunkan tim rescue ke daerah trouble spot,mendukung pembinaan olah raga kedirgantaraan/FASI, mendukung penyelenggaraan event-event kejuaraan olah raga terjun payung baik nasional maupun internasional atau memperingati/memeriahkan suatu acara ceremonialdan menumbuhkan minat olahraga dirgantara pada generasi muda.

 

n.   Observation flight for military, boarder contol and police.   Pesawat PC-6/B2-H2 Pilatus Porter mampu membawa peralatan observasi dan observer yang dilengkapi persenjataan, dapat dimanfaatkan untuk observasi daerah rawan konflik, penyusupan dan penyelundupan di darat dan di laut, pemantauan illegal fishing, illegal logging dan daerah-daerah perbatasan.

 

o.   Target towing.   Pesawat PC-6/B2-H2 Pilatus Porter mampu menarik banner mengitari suatu kawasan bertuliskan pesan-pesan tertentu dan dalam rangka peringatan hari-hari bersejarah sehingga masyarakat dapat mengetahuinya secara luas serta membantu menebarkan selebaran/pamplet melalui udara.

Disamping itu, dengan kemampuan alutsista yang digunakan oleh Satuan Udara Pertanian TNI AU, tugas-tugas yang diembannya dapat terlaksana dengan sangat baik, diantaranya:

1.   Operasi aplikasi udara pada perkebunan kelapa sawit, pemberantasan hama SEXAVA di Kepulauan Sangir Talaud (1971, 1975 dan 1979); PTP II di Tanjung Morawa Medan dan PTP VI Sumatra Barat Dan Jambi (1974); Maluku (1975), Jawa Barat (1976), Pulau Karakelang Kepulauan Talaud (1979). 

 

2.   Operasi pemberantasan hama tanaman padi di Indramayu Jawa Barat (1973); di Aceh, Sumatra Utara, Sumatra Selatan, Jawa Barat, Jawa Timur dan Bali (1974); di Purworedjo, Kebumen dan Banyumas (1979); operasi penaburan benih padi, pupuk dan pemberantasan hama padi di Lampung (1973). 

 

3.   Operasi aplikasi udara pada tanaman tebu di Jawa Barat, Jawa Timur dan Lampung untuk mengatasi hama pengerek dan cabuk hitam (1973). 

 

4.   Operasi penghijauan di Brebes (1973), Ponorogo dan Madura (1974), Donggala (1975). 

 

5.   Operasi pemberantasan hama WERENG di Sumatera, Jawa & Bali (1974). 

 

6.    Operasi pemberantasan nyamuk aedes aegypty di semarang (1973), Menado (1974) dan Palembang (1980). 

 

7.  Operasi Hujan Buatan bekerjasama dengan Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) (1992 s/d 1998) di Jawa Barat, Jawa Tengah, Yogyakarta dan NTB (1980); waduk Jatiluhur Jawa Barat (1987, 1988), dan Citarum Jawa Barat (1999) 

 

8.   Operasi pemadaman kebakaran hutan di Gunung Ceremai, Jawa Barat (1983). 

 

9.   Operasi pemberantasan KUTU LONCAT pada tanaman Lamtoro di Kabupaten Sikka, Nusa Tenggara Timur (1986). 

 

10.  Operasi dukungan udara jalur Pantura, penarikan banner dan penyebaran pamflet di daerah Karawang (1987). 

 

11.  Operasi penelitian hama di Sang Hyang Seri Sukamandi berupa percobaan insektisida dan herbisida (1989). 

 

12.  Operasi angkutan udara dengan Pemda Irian Jaya pada Operasi Gerakan Desa Sejahtera (Gasetra) & penerbangan sipil di pedalaman Irian Jaya (1989 s/d 1995) untuk mendukung : 

a)            Transportasi petugas`Penyuluh Pertanian Lapangan (PPL)

b)            Pengangkutan/distribusi bibit ternak dan tanaman ke pedalaman Irja.

c)            Dukungan angkutan lain sesuai penugasan.

 

13.  Operasi aplikasi udara pada tanaman pisang di PT. NTF Lampung (1999); aplikasi perkebunan padi, tebu, kelapa sawit dan lain-lain. 

 

14.  Operasi terjun payung freefall pada Kejuaraan Dunia Terjun Payung di Lido Jawa Barat (1996) dan penerjunan lainnya bekerjasama dengan KONI/FASI (1999 s/d 2001, 2008 s/d 2009) 

 

15.  Operasi foto udara di daerah Tanggerang (2000) dan Lanud Wirasaba (2004). 

 

16.  Operasi aplikasi Teknologi Cane Rippener (TCR) dan Zat Pemacu Kematangan (ZPK) pada tanaman tebu di PT. GPM Lampung (1979, 1981, 1999, 2000, 2002 dan 2003) serta di PT. GMP Lampung (1987, 2003 s/d saat ini).

Dengan banyaknya tugas yang diemban oleh Satuan Udara Pertanian TNI AU dan sejarah yang ada dibelakangnya serta dedikasi yang telah ditunjukkan oleh satuan ini dari awal pengabdian hingga sekarang, maka amatlah wajar jika Pemerintah mulai memperhatikan kembali satuan yang hampir tidak terdengar gaungnya ini, paling tidak dengan adanya penambahan alutsista pesawat yang memperkuat satuan ini sehingga sektor pertanian dapat berkembang lebih baik lagi dan prestasi swasembada pangan yang pernah kita raih dapat kita pertahankan dan tingkatkan.


Kapten Pnb Kamto Adi, dikutip dari berbagai sumber