Rabu, 30 November 2016

KIPRAH SKADRON UDARA 51 DI HUT TNI 2015 SEBAGAI PIONEER KEBANGKITAN ERA PESAWAT TERBANG TANPA AWAK / UAV

Penggunaan pesawat terbang tanpa awak sudah sejak lama ada di Indonesia, diawali dengan berkembangnya hobby aeromodelling di kalangan pramuka saka dirgantara hingga terbentuknya berbagai macam klub penghobi dunia yang berkaitan dengan pesawat mini tersebut.

Seiring dengan berkembangnya teknologi komunikasi dan informasi, penggunaan pesawat aeromodelling tidak hanya sebatas sebagai pesawat mainan yang hanya diterbangkan dan dinikmati manuvernya, tetapi juga mulai digunakan untuk mendukung tugas tugas seperti pemotretan, pengamatan bahkan pengantaran barang barang yang berukuran kecil.
Pada era tahun 70an, dimana negara negara berkembang masih berkutat dengan pembangunan ekonomi dan infrastruktur, negara adidaya seperti Amerika Serikat sudah mengembangkan teknologi canggih dalam memperkuat pertahanan dan keamanan internal maupun eksternal negaranya melalui CIA (Central Inteligence Agency). Jika anda berkunjung ke museum CIA, anda akan menyaksikan berbagai macam benda yang digunakan untuk kepentingan intelijen mulai dari kamera yang berbentuk kancing sampai dengan UAV mikro berbentuk capung yang dapat terbang selama 2 jam untuk merekam suara.

Perkembangan teknologi pun tidak berhenti sampai di situ, khususnya mengenai perkembangan teknologi surveilence melalui UAV yang hingga saat ini terus menerus mengalami perkembangan. Setelah sukses dengan keberadaan Global Hawk yang beroperasional di ketinggian 60.000 ft sebagai UAV tercanggih saat ini, Amerika Serikat bahkan mulai mengembangkan pesawat tempur nirawak untuk melengkapi koleksi mesin perangnya.
Skadron Udara 51 sebagai pioneer dari era penggunaan pesawat terbang tanpa awak (PTTA) memiliki peranan yang sangat penting dalam mendukung tugas pokok TNI AU bahkan TNI secara umum dalam menjaga kedaulatan NKRI. Berawal dari sulitnya pemantauan kegiatan illegal logging di hutan Kalimantan dan Sumatera, penyelundupan, hingga pengamanan di daerah perbatasan, Kementrian Pertahanan mulai melakukan terobosan penggunaan pesawat nirawak untuk mendukung kegiatan pengamatan yang dalam hal ini dioperasikan oleh TNI AU.

Sesuai dengan tuntutan tugas di atas maka dibentuklah suatu skadron udara yang mengoperasikan pesawat nirawak yang berkedudukan di Lanud Supadio, Pontianak. Seiring dengan perkembangan yang dinamis, maka skadron udara ini diresmikan menjadi Skadron Udara 51 yang berkedudukan di bawah Wing Udara 7 Lanud Supadio pada tanggal 13 Juli 2015. Kiprah nyata perdana Skadron Udara 51 secara resmi adalah melaksanakan surveilence, pengamatan dan pengintaian yang dikolaborasikan dengan perayaan HUT TNI ke-70 yang dilaksanakan di Dermaga Indah Kiat, Banten. Sesuai dengan fungsi dan tugas pokoknya sebagai pesawat pengintai, Skadron Udara 51 yang diperkuat dengan alutsista UAV AEROSTAR bertugas melakukan pengamatan dari awal rangkaian kegiatan peringatan HUT TNI hingga selesai acara yang keseluruhannya memakan waktu lebih kurang enam jam. Alokasi waktu selama enam jam ini bukan suatu hal yang sulit mengingat endurance pesawat nirawak ini mencapai 12 jam terbang.

Selama kegiatan, Skadron Udara 51 bertugas merekam kegiatan upacara, demo laut dan demo udara yang dilaksanakan oleh unsur unsur TNI AL dan TNI AU yang nantinya akan dijadikan bahan koreksi saat dilaksanakan debrief setelah semua kegiatan penerbangan selesai. Dengan hasil pengamatan yang ada, dapat dilihat bagaimana maneuver yang dilaksanakan, rute yang dilalui, bentuk formasi serta kendala kendala yang mungkin dihadapi oleh tiap tiap unsur dalam melaksanakan tugas. Sejak awal latihan dalam rangka HUT TNI tahun 2015 ini, pesawat nirawak aerostar sudah beberapa kali pulang pergi dari home basenya selama latihan di daerah Bogor menuju ke dermaga Indah Kiat sambil melaksanakan praktek surveilence sepanjang perjalanan. Jarak tempuh sejauh lebih kurang 90km bukan suatu masalah yang berarti mengingat jarak tempuh operasional maksimal dari pesawat ini adalah 250km. Setelah sampai di wilayah sasaran, kami melaksanakan holding dan melakukan beberapa maneuver untuk mendapatkan sudut pandang optimal dalam melakukan pengamatan selama jalannya kegiatan. Tak urung beberapa kali pesawat kami terhalang oleh kumpulan awan yang ada di sekitar dermaga sehingga hasil pengamatan menggunakan kamera dengan settingan “day camera” menjadi sulit dilihat, namun kami langsung mengganti ke mode “FLIR/forward looking infra red” yang dilengkapi dengan sensor panas sehingga seluruh pergerakan alutsista dapat terpantau dengan jelas. Dari hasil pantauan inilah koreksi, saran dan arahan dari pimpinan disampaikan kepada seluruh unsur pendukung khususnya demo udara.

5 OKtober 2015, hari yang dinantipun akhirnya datang. Seluruh crew sudah bersiap di landasan sejak pukul 05:00 WIB, instruktur yang memang mendampingi kami selama OJT memberikan briefing singkat mengenai kegiatan yang akan dilaksanakan. Tak lama berselang kami pun segera melaksanakan preflight untuk mengecek system komunikasi, payload, system auto pilot hingga sensor yang terdapat di pesawat nirawak yang kami operasionalkan. Setelah semua persiapan selesai dan flight clearance sudah dikeluarkan oleh ATC, kami pun segera start engine dilanjutkan dengan taxi out sampai dengan posisi line up untuk melaksanakan final check sebelum menerbangkan pesawat. Setelah Eksternal pilot menyampaikan kode “second hand” yang berarti pesawat siap tinggal landas, kami berkonsentrasi ke seluruh parameter yang terlihat di layar GCS (Ground Control Station) untuk memperhatikan seluruh parameter selama pesawat rolling take off. Akhirnya pesawat pun take off dan climbing dengan membentuk pola pattern sampai dengan ketinggian 4000 ft kemudian  dilanjutkan dengan menuju dermaga indah kiat melewati rute yang sudah direncanakan sebelumnya sambil terus climbing hingga ketinggian 10.000 ft dan maintain di altitude tersebut. Setelah menempuh perjalanan selama 45 menit, pesawat pun tiba di area dermaga dan kamipun langsung mengadakan pengecekan system yang ada di pesawat. Setelah semua dinyatakan normal, kami langsung melaksanakan pemantauan terhadap kegiatan yang ada di dermaga dari awal persiapan, pelaksanaan upacara yang dilanjutkan dengan defile sampai dengan kegiatan demo laut dan udara hingga kepulangan Presiden menggunakan helicopter VVIP tak pernah lepas dari pantauan pesawat kami. Hasil pantauan yang didapatpun secara langsung dapat disaksikan di podium utama melalui system komunikasi V-conference oleh satkomlek tni. Satu hal yang menjadikan tugas kami serasa menyenangkan sekaligus menegangkan adalah saat kami mendengar melalui radio bahwa helikopter VVIP rombongan Presiden Jokowi berada 10nm menuju dermaga, kamipun langsung mengarahkan kamera pengintai untuk mencari sasaran.Tidak membutuhkan waktu yang lama, rombongan Presiden dapat kami pantau secara langsung dan sekaligus menggunakan "track mode" dimana pesawat akan terbang dan bermanuver menyesuaikan hasil kuncian dari lensa kamera pengintai kami. Bahkan saat rombongan mendarat dan dilanjutkan perjalanan darat hingga ke VIP room dermaga tidak ada satupun yang luput dati pengintaian kami.

Hasil pantauan yang didapat selama latihan menjadikan hari pelaksanaan HUT TNI ini mendekati sempurna seandainya beberapa moment dapat diabadikan dengan jelas dan tidak terhalang awan.
Namun, disamping semua kendala tersebut, kami bangga dapat melaksanakan tugas dengan optimal, mendukung kegiatan HUT TNI dengan cara yang relative baru. Bukan dengan ikut upacara atau fly past seperti unsur pendukung yang lain, tetapi dengan tugas kami sebagai skadron udara pengintai, kami dapat menyelesaikan tugas kami dengan baik memantau seluruh rangkaian kegiatan dan pendukung. Semoga ke depan, keberadaan pesawat tanpa awak tidak lagi dipandang sebelah mata ataupun disejajarkan dengan drone drone yang dijual secara bebas, bahwa pesawat tanpa awak yang kita punya walaupun belum sejajar dengan Predator xp ataupun Global Hawk, tetapi paling tidak pesawat tanpa awak yang kita miliki dapat menyampaikan informasi berharga yang pada akhirnya dapat mendukung unsur lain dalam menjaga kedaulatan NKRI.