Jumat, 03 Juli 2015

RIP my lovely little sister

29-6-2015
Waktu menunjukkan pukul 19.30wib, saya masih dilanda kebimbangan antara pulang ke cibubur atau pulang ke halim. Tak lama berselang handphone saya berbunyi, "mas, bsk pagi heni ke halim dianter mbak sinta", "okeeeeee" jawab saya sembari menutup telp, saya pun segera meluncur ke halim dan beristirahat melepas penat setelah seharian dihajar emergency exercises oleh instruktur saya.

30-6-2015
Pukul 04.00wib saat alarm handphone saya berbunyi dengan cukup keras, sayapun bergegas melaksanakan sahur dan mempersiapkan diri untuk melaksanakan shalat subuh. Tak lama berselang, suara sepeda motor pun datang mendekat, sinta, heni dan aya bergegas turun dan masuk ke dalam rumah.

Tak lama kemudian, saya segera berangkat mengantar adik & keponakan saya tercinta menuju Lanud Halim untuk registrasi sebelum ikut pesawat A-1310 yang akan mengantarkan mereka menuju Pontianak utk berlibur.

Pukul 12.35 wib, setelah kurang lebih satu jam bergelut dengan latihan emergency di dalam Ground Control Station yang bersuhu 18 derajat celcius, saya bergegas keluar dan kembali ke posko untuk menyiapkan debrief form tatkala komandan bertanya kepada saya "to, tadi pagi kamu jadi mengantar adikmu utk ikut pesawat?", "siap, jadi komandan" jawab saya. "Coba, dicek kondisi adikmu, itu ada kabar herkules yang menuju Supadio jatuh di Medan, segera pulang dan bantu orang tuamu."

Dengan ketegaran yang tersisa, saya pamit pulang, kembali ke halim setelah meminta adik dan ibu saya untuk meluncur ke halim sembari menunggu kepastian tentang accident yang terjadi. Tak terasa air mata mengalir dengan sendirinya, tangispun tak bisa dibendung, saya luapkan segala kesedihan saya sepanjang perjalanan sampai akhirnya saya tiba di rumah.

Sisa waktu yang ada saya gunakan untuk mencari tiket ke medan secepatnya, dengan kondisi seperti terlihat di media, saya tidak yakin apakah adik dan keponakan saya dapat bertahan hidup. Semua saya pasrahkan kepada Sang Khalik, Maha Pencipta atas segala sesuatu. Pencarian saya tidak mendapatkan hasil, mau tidak mau saya harus menunda keberangkatan sampai esok hari...

1-7-2015
Pukul 04.00 wib, waktu dan tempat yang sama saat sehari sebelumnya saya mengantarkan adik dan keponakan saya menuju keabadian, bedanya kali ini saya sendiri yang berangkat untuk menjemput mereka, jenazah mereka lebih tepatnya. Raungan 4 mesin pesawat yang pernah selama 7 tahun saya awaki memecah keheningan pagi hari, menghantarkan saya menuju Lanud Soewondo, Medan untuk menjemput keluarga saya. Selama perjalanan pandangan saya terpaku pada lima puluh peti jenazah yang memang diangkut dari jakarta untuk mendukung proses evakuasi, aaaahhhh kalian akan beristirahat di dalam salah satu peti itu, benak saya berbisik lirih...

Pukul 08.00wib, pesawat A-1326 yang membawa saya mendarat dengan mulus di Lanud Soewondo, setelah mengucapkan terima kasih dan salam kepada capt pilot, saya bergegas menuju RS. Adam Malik sesuai informasi yang saya terima bahwa seluruh jenazah dievakuasi ke sana. Sesampainya disana, setelah melapor ke bagian antem morten DVI polda Sumut, saya langsung menuju kamar jenazah, terlihat kesibukan yang tak pernah berhenti, beberapa anggota dan senior yang memang mengetahui musibah yg menimpa saya bergegas menemui dan mengucapkan turut berduka cita sembari mempersiapkan perlengkapan untuk proses identifikasi.

Setelah menggunakan masker dan gloves, saya mulai membuka satu persatu dari ratusan kantung jenazah yang terhampar di ruang jenazah, bau menyengat jenazah tidak bisa mengalahkan tekad saya untuk menemukan adik dan keponakan tercinta, terlebih rasa tanggung jawab saya yang sudah mengantarkannya, maka saya harus bisa menjemputnya kembali ke rumah untuk menemui orang tua saya. Sepuluh kantung pertama yang saya buka berisikan jenazah yang sudah sangat sulit dikenali karena kondisinya yang bisa dibilang 100% terbakar, bahkan ada yang sudah tidak utuh lagi. Namun sekali lagi, tekad saya sudah bulat, saya harus bisa menemukan mereka...

Berbekal foto terakhir anandya, keponakan saya yang sempat dikirim saat transit di Lanud Rusmin, Riau, saya tidak menemui banyak kesulitan untuk mengenali keponakan saya saat membuka kantung jenazah berwarna hitam yang membungkusnya, label bernomor 064 dan waktu evakuasi pukul 13.50wib yang tertulis diatasnya segera saya dokumentasikan untuk dilaporkan ke bagian DVI. Setelah selesai melapor sayapun kembali berkutat membuka satu persatu kantung jenazah untuk menemukan adik saya, Biakti Nugraheni.

Pukul 12.25wib, adzan dhuhur berkumandang, sudah dua kali saya mengurutkan sambil membuka tiap kantung jenazah untuk menemukan adik saya, namun hasil yang saya dapat masihlah nihil. Saya putuskan untuk beristirahat sejenak sambil menunaikan shalat dhuhur dan tak lupa berdoa agar adik saya dapat segera ditemukan. Tak lama sayapun kembali ke hamparan kantung jenazah di bagian belakang RS. Adam Malik, membuka kembali satu persatu kantung jenazah sambil terus memanjatkan doa. Entah mengapa tangan saya tergerak untuk membuka salah satu kantung jenazah yang memang sudah dua kali saya buka walaupun tidak sampai terbuka penuh. Akhirnya saya buka sampai terlihat seluruh badan jenazah dan batin saya berkata ini adik saya, saya periksa seluruh badan, wajah hingga beberapa bagian tubuh yang pernah mengalami operasi dan ternyata sesuai dengan perkiraan saya. Tak lupa saya foto bagian pakaian untuk memastikan ke adik saya di rumah apakah benar baju ini yang dipakainya saat berangkat ke halim. Ternyata memang benar, semua tanda, ciri ciri menyimpulkan jenazah ini adalah adik saya. Rasa haru, sedih dan bahagia bercampur menjadi satu, rasa haru karena saya berhasil menemukan jenazah adik saya diantara ratusan kantung jenazah dan ada beberapa yang tidak lengkap kondisinya, rasa sedih karena yang saya temukan adalah tubuh yang sudah tak bernyawa, bahagia karena meskipun adik saya sudah tiada, namun seluruh bagian tubuhnya utuh tanpa kurang suatu apapun. Maha Suci Allah yang menjaga adik saya hingga akhir hayatnya....

Pukul 23.30wib dimana seluruh rangkaian proses identifikasi telah selesai, saya terkapar di guest house Lanud Soewondo setelah diantar oleh rekan seletting saya. Ingatan dan memory tentang adik dan keponakan tercinta berkelebat dalam ketermenungan saya, teringat bagaimana ia memulai sekolahnya yang kebetulan berada di komplek Lanud Halim sehingga sehari-hari ia tinggal bersama kami. Teringat pula bagaimana kami membantu menyiapkan perlengkapan selama ia latihan paskibraka menjelang peringatan HUT kemerdekaan RI th 2010, aahhhhh semua kenangan kembali datang, semakin menambah kesedihan saya.

2-7-2015
Pukul 06.30wib, pesawat C-130 Hercules dengan nomor registrasi A-1326, pesawat yang termasuk sering saya awaki saat bertugas di Skadron Udara 31 mulai menyalakan keempat mesinnya, satu demi satu baling-baling pesawat berputar mengeluarkan raungan yang memecah keheningan pagi. Raungan yang selalu membuat saya bangga dengan kemampuan pesawat ini, raungan yang kini membuat saya sedih dimana selama saya bertugas dengan pesawat ini saya dapat memberikan kebanggaan kepada keluarga saya, namun raungan keempat mesinnya pada pagi hari ini adalah untuk mengantarkan jenazah adik dan keponakan saya kembali ke rumah kami. Tak lama pesawatpun tinggal landas dari Pangkalan Udara Soewondo, Medan, meninggalkan kenangan pahit, kenangan tentang A-1310, kenangan tentang jl.Jamin Ginting, kenangan tentang RS Adam Malik, kenangan tentang antem morten dan post morten serta kenangan tentang kamar belakang yang berisi 132 kantung jenazah.

Pukul 10.50wib, pesawat yang kami tumpangi akhirnya mendarat dengan mulus di landas pacu Halim Perdanakusuma setelah sebelumnya mengantar satu jenazah ke Pangkalan Udara Roesmin Nuryadin. Saya berusaha kuat, namun sambutan beberapa rekan sejawat, termasuk senior dan adik adik saya membuat airmata saya tak terbendung lagi, terlebih saat beberapa peti yang diusung keluar dari pesawat mendapatkan penghormatan militer. Di sisa tangis saya, saya ikut mengangkat tangan, memberikan penghormatan militer yang pertama dan terakhir kalinya bagi adik saya yang sejak awal memang bercita-cita menjadi seorang wanita angkatan udara (WARA), semoga kebanggaan dari penghormatan kami selalu melekat dalam dirinya. Setelah selesai prosesi penerimaan jenazah, kami melanjutkan perjalanan menuju kediaman. Dua kereta jenazah diiringi satu mobil kawal POMAU membelah kepadatan jalan raya bogor menuju rumah kami. Tak lama berselang, rombongan jenazah tiba, saya segera turun dari mobil dan menghampiri ibunda tercinta yang memang sudah menunggu di depan rumah, "Bu, saya bawa pulang Heni & Aya" ucap saya dengan terbata-bata. Ibu hanya mengangguk dan berusaha tetap tegar meski dari sudut matanya menetes air mata duka yang mendalam. Adzan dhuhur yang berkumandang mengiringi masuknya kedua peti jenazah untuk disemayamkan di ruang tamu kediaman kami. Tak lama berselang, jenazah kembali diberangkatkan menuju masjid untuk dishalatkan dan kemudian diberangkatkan menuju pemakaman.

Pukul 13.30wib, dimana cuaca sepertinya ikut bersedih tatkala awan menaungi kedua liang lahat tempat peristirahatan terakhir adik dan keponakan saya. Perlahan namun pasti, jenazah diturunkan ke liang lahat, prosesi dilakukan oleh Ustadz, Bapak dan Om saya yang kemudian mengumandangkan adzan dan iqomah di hadapan jenazah, sama seperti yang dilakukannya 22 tahun yang lalu saat almarhumah lahir dan Bapak saya masih berada di Biak dalam rangka tugas, itulah asal muasal mengapa adik saya dinamakan Biakti Nugraheni. Setelah seluruh rangkaian pemakaman selesai, kami memanjatkan doa bersama, untuk keselamatan, kelapangan dan keberkahan kedua almarhumah selama berada di kuburnya dilanjutkan dengan tabur bunga.

Usai sudah tugas kami, gugur pula seluruh kewajiban kami, memandikan, mensholatkan dan memakamkan kedua almarhumah. Namun jauh daripada itu, kenangan tentang  kedua almarhumah akan selalu hidup mendampingi kami, terlebih saya sendiri. Terlalu banyak memory yang bisa dijabarkan satu persatu untuk mengenang mereka. Kini hanya doa yang bisa kami panjatkan, semoga mereka diberikan keselamatan, ampunan, dilapangkan kuburnya, dirahmati dan diberkahi kedua ruhnya serta senantiasa mendapatkan hidayah dan ridho Allah SWT, aamiin yaaa rabbal alamiin...

suatu waktu dalam keharuan mendalam...

2 komentar:

  1. Turut berduka cinta kawan, semoga mereka mendapat tempat yang layak di sisinya, amien

    BalasHapus
  2. Always be our lovely.... How we miss u aunty ni'....

    BalasHapus