Rabu, 27 April 2016

Mereview usia ke-35

Terkadang saya mendapat sedikit "kecaman" dari keluarga hahahahahha. Betapa tidak, beberapa kali anak anak saya, Naresh dan Quinsa merayakan ulang tahunnya tanpa kehadiran saya, tentunya karena tugas negara yang saya emban. Termasuk juga beberapa kali saya merayakan ultah tidak ditengah keluarga. Tahun 2015 saya rayakan di Jakarta bersama tumpukan buku dan materi tentang UAV yang sedang saya pelajari sebagai calon internal pilot UAV, tahun 2014 saya rayakan di kesunyian Jalan Malioboro, Yogyakarta bersama beberapa tukang becak dan pengamen jalanan disela kesibukan saya mengikuti pendidikan calon instruktur penerbang TNI AU. Dan kini di tahun 2016, saya kembali merayakan ulang tahun saya di Mess Walet Lanud Tarakan bersama rekan perwira dan anggota saya, di sela penugasan standby operasi pembebasan sandera Abu Sayaff di Philipina.

Sedih? Dongkol? Sesal? tentu ada, tapi semua rasa itu terhapus tatkala saya memandang keluar, sang merah putih yang (mungkin) lupa diturunkan oleh penjaga mess yang berkibar tertiup angin malam. Dwiwarna yang melandasi segenap pengabdian saya kepada Ibu Pertiwi, dwiwarna yang sejak dini terpatri dan menjadi bagian hidup saya, dwiwarna yang bahkan saya tidak merasa malu atau enggan untuk sekedar menghentikan kendaraan kemudian berdiri menghadap dan menghormat kepadanya saat penaikan maupun penurunan. Semua rasa itu berganti dengan ucapan syukur ke hadirat Allah SWT yang telah memberikan saya usia hingga 35 tahun saat ini. Usia yang rata rata sudah memasuki setengah dari umur manusia normal. Sesaat saya beranjak, mengambil wudhu, melaksanakan shalat malam dan berdoa, mensyukuri segala nikmat, merenungi segala dosa dan salah, kepada diri sendiri, keluarga, sanak saudara dan kepada Sang Pencipta.

Aaaahhhhh, ga perlu keterusan lebay karena saya bukan anak alay. yaah, di usia yang ke-35 ini saya banyak bersyukur. Memiliki istri yang manis dan (inshaa Allah) Shalihah, anak anak yang mulai hilang ke-cute-annya diganti dengan celotehan celotehan yang kadang membuat saya tertawa ngakak atau pertanyaan pertanyaan yang kadang meng-skakmat saya karena pengetahuan saya yang masih jauh dari kata pintar (bayangkan jika suatu saat anak anda yang berusia 5 tahun tiba tiba berkata "bapak, adek kok merasa konyol", atau saat anda sedang ngopi sambil baca koran pagi tiba tiba ditanya "bapak, adek itu sebelum lahir berada di surga, terus keluar lewat mana?"). Saatnya move on dari segala kekurangan dan ketidaksempurnaan dan bergerak menuju kemajuan pribadi menjadi manusia yang lebih bertaqwa, bermartabat dan bernilai, dari segi apapun tentunya.

Terima kasih kepada segenap orang tua, keluarga, guru, rekan sejawat, sahabat dan semua orang yang peduli kepada saya hingga saya menjadi seorang kamto adi saputra saat ini. Janganlah berhenti ataupun bosan untuk mengingatkan jika manusia satu ini mulai nyeleneh dan menyimpang dari apa yang kalian kenal dari diri saya.

Barakallah fii umrik wabarakallahu fii miladik


Tarakan, 26 April 2016

1 komentar: