Belum selesai pelaksanaan tugas penanganan karhutla di Bumi Lancang Kuning, Pekanbaru, Riau, kami mendapatkan tugas berikutnya, yaitu berangkat ke Ibukota Jakarta untuk melaksanakan tugas pengamatan dari udara.
Tanggal 22 September 2019 kami berangkat ke Jakarta, menggunakan 3 sorti C-130 Hercules TNI AU. Sesampainya di Jakarta, kami langsung melaksanakan penggelaran perlengkapan agar dapat segera terbang. Kebetulan pada hari yang sama, ada aksi demonstrasi di Gedung DPR/MPR yang dilakukan oleh adik-adik mahasiswa se-Indonesia yang menolak RUU KPK dan RUU PKS.
Aaaah, saya memang tidak terlalu peduli dengan aktivitas politik negeri ini, yang penting situasi tetap aman terkendali dan kedaulatan wilayah udara nasional tetap dapat dijaga dengan baik, alutsista TNI AU diperbaharui, dilengkapi dan dimodernisasi dengan teknologi terkini. Sederhana bukan?
Setelah melaksanakan preflight, kami segera terbang menuju ke sekitar Gedung DPR/MPR, memantau situasi terkini dan melaporkan ke komando atas mengenai perkembangan situasi dan pergerakan massa yang mendekati area gedung secara “real time”. Menjelang sore, terjadi eskalasi massa yang datang dari berbagai penjuru Ibukota. Aparat dibuat kebingungan dengan kehadiran adik-adik STM yang terkesan memanfaatkan situasi demonstrasi untuk melaksanakan “balas dendam” terhadap aparat kepolisian yang selama ini menjadi musuh bebuyutan mereka saat tawuran, belum lagi massa “tak dikenal” yang sepertinya sengaja dikerahkan untuk memancing keributan. Panglima TNI memerintahkan untuk terus memonitor pergerakan massa sampai dengan selesai. Titik-titik pengumpulan massa dilaporkan dan ditandai sehingga lebih cepat monitoringnya. Total, kami melaksanakan penerbangan hingga pukul 02.00 wib dinihari, termasuk juga keesokan harinya. Semua data rekaman video tentang situasi sejak awal hingga berakhirnya kerusuhan kami serahkan ke komando atas untuk didalami sehingga bisa diketahui para provokator dan aktor-aktor di balik aksi tersebut.
=====================
“Panasnya” aksi demonstrasi tersebut memunculkan berbagai reaksi dan opini dari masyarakat, ada yang mendukung tindakan represif dari aparat kepolisian, ada pula yang tidak setuju dan mengutuk tindakan kasar mereka. Namun, satu hal yang harus kita sadari bahwa tindakan aparat tentunya sudah berdasarkan SOP penanganan aksi unjuk rasa yang sudah ditetapkan, sedangkan unjuk rasa yang disertai pelemparan batu, pembakaran ban dan tindakan kasar lainnya (termasuk yang terbaru, melempar petugas dengan kotoran manusia) tidak ada dalam SOP aksi unjuk rasa.
Beberapa hari pasca aksi unjuk rasa, beredar video yang memperlihatkan iring-iringan panser dan kendaraan berat lainnya melintasi jalanan Ibukota. Opini liar masyarakat pun beredar dan menjadi viral di berbagai media sosial, Pemerintah melalui TNI mendatangkan berbagai alat berat untuk mengantisipasi aksi unjuk rasa susulan. Ada pula caption liar di Twitter yang menyebutkan “Ini rakyat sendiri mau diperangi??? rezim apa ini???”, ada juga yang bilang “TNI yang berasa dari rakyat, malah mau memerangi rakyat yang sedang menyuarakan aspirasinya”. Dan sayangnya, opini-opini liar tersebut malah dihembuskan oleh public figure, pejabat negara dan selebtwit dengan follower puluhan, bahkan ratusan ribu.
Saya yang kebetulan sering menjelajahi “twitterland” menjadi cukup gemas dengan adanya opini-opini tersebut. Setelah berkoordinasi dan meminta ijin senior-senior terkait, saya pun ikut melaksanakan “operasi informasi”, membuat counter opini tentang pergerakan peralatan tempur TNI yang selama beberapa hari terlihat melintas di jalanan Ibukota Jakarta. pergerakan mereka bukanlah untuk antisipasi unjuk rasa seperti yang diopinikan di media sosial, melainkan dalam rangka persiapan upacara dan perayaan HUT TNI yang diperingati setiap tanggal 5 Oktober. Sayangnya, para selebtwit yang terlanjur melempar opini liar ini tidak mau menghapus, apalagi meminta maaf tentang opini liar mereka yang salah dan terlanjur mempengaruhi masyarakat banyak.
Bagaimanapun juga, “show must go on”. Dan inilah yang menjadi penyemangat kami, bagaimanapun juga, acara peringatan HUT ke-74 TNI ini harus tetap berjalan dengan sederhana namun penuh khidmat dan kemeriahan yang jauh dari kesan mewah. Dan الْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ, puji syukur kepada Sang Maha Kuasa, perayaan berjalan dengan aman, lancar, sederhana, dan khidmat.
=====================
Keberhasilan dua event sebelumnya sangat diapresiasi oleh pimpinan TNI. Hasil olah data dari pengamatan udara sangat membantu instansi lain untuk mengetahui kronologis dari tiap kejadian, terutama yang berhubungan langsung dengan gesekan antara aparat Polri vs masyarakat, sehingga kami diperintahkan untuk tetap berada di Ibukota sampai dengan pelantikan RI-1 dan RI-2.
Sambil menunggu waktu pelantikan tanggal 20 Oktober 2019, kami melaksanakan pengamatan udara di seputara Jabodetabek, bahkan sampai Pantai Selatan Jawa Barat di daerah Pangandaran. Selain itu, kami juga melaksanakan patroli perairan di sekitar Selat Sunda dan Laut Jawa untuk membantu TNI AL dan KKP dalam mengamankan perairan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar