Selasa, 31 Maret 2015
Pangkat baru, tanggung jawab dan amanah yg semakin besar
Selasa, 03 Maret 2015
UAV (UNMANNED AERIAL VEHICLE) BUKAN SEKEDAR REMOTE CONTROL “MAINAN” YANG BERPERAN UNTUK MENJAGA KEDAULATAN NKRI
Bagi kita yang berkecimpung atau penyuka segala halyang berbau dirgantara, mestinya tidak akan asing mendengar istilah UAV (Unmanned Aerial Vehicle) atau yg dikenal juga dengan nama “drone” dan sudah di-Indonesiakan menjadi istilah pesawat nirawak atau pesawat terbang tanpa awak. Semakin majunya teknologi kedirgantaraan saat ini, mendorong berbagai pabrikan dunia untuk meneliti dan memproduksi berbagai alutsista baik yang dipakai untuk mendukung kegiatan sampai dengan menjadi alat perang dengan kemampuan super canggih yang bahkan mampu dikendalikan dari jarak jauh baik menggunakan gelombang radio atau bahkan dengan menggunakan gelombang satelit.
Bermula dari hanya sekedar remote control mainan, teknologi pesawat terbang nirawak berkembang demikian pesatnya hingga sampai dengan saat ini, yang awalnya hanya digerakkan oleh tenaga battery, meningkat menjadi engine berbahan bakar premium atau avigas sebagai tenaga penggerak, sampai dengan menggunakan hydrogen, solar cell sampai dengan tenaga nuklir. Tidak hanya itu, kemampuan para pesawat hantu inipun semakin menghebohkan, tengok saja apa yang di lakukan RQ-2B Pioneer, MQ-9 Reaper, atau MQ-1 Predator yang merupakan jenis UAV paling popular dan dapat dipersenjatai dengan rudal Hellfire, beberapa tahun belakangan sering digunakan CIA untuk memukul sasaran darat di daerah konflik seperti Afghanistan, Palestina, Irak, Iran sampai dengan wilayah Afrika. Mereka sukses melaksanakan misi misi pengintaian, pemotretan, pencarian target bahkan penghancuran sasaran, membubuhkan serangkaian coretan sejarah dalam konflik dan peperangan terutama di wilayah timur tengah tanpa kita tahu dimana sebenarnya sang pilot berada. Bahkan sebuah laporan dari Biro Jurnalisme Investigatif di City University di London menyampaikan informasi yang menyebutkan bahwa sebagian besar dari 1.842 orang yang tewas sejak 2008 selain militan terdapat 218 warga sipil. Pada bulan Oktober 2009, CIA mengatakan mereka telah menewaskan lebih setengah dari 20 tokoh Al-Qaeda tersangka teroris yang paling dicari. Menurut The Times Scott Shane, CIA mengatakan bahwa sejak Mei 2010 drone/UAV telah menewaskan lebih dari 600 militan di Pakistan dan bukan noncombatant tunggal. Pada sebuah laporan bulan Mei 2010, pejabat kontra-terorisme AS mengatakan bahwa pesawat tak berawak telah melakukan serangan di Pakistan dan telah menewaskan lebih dari 500 militan sejak 2008. UAV kini menjadi pesawat andalan negara AS, dimana beberapa tokoh tersangka teroris besar seperti Atiyah Al-Rachman dan Anwar Al-Awlaki telah tewas diserang Predator.
Penggunaan UAV dalam misi-misi pengintaian atau bahkan penyerangan juga sangat berguna untuk meminimalisir kerugian baik korban jiwa maupun materiil, terlebih rasa malu yang ditanggung oleh Negara sang pencetus operasi jika sampai sang pilot tertembak jatuh maupun tertangkap oleh pihak lawan. Simak saja bagaimana Negara kita mendapatkan hak atas pembelian pesawat C-130 B di tahun 60an, tentunya tidak terlepas dari tertangkapnya Mr. Allen Lawrence Pope seorang pilot USA yang direkrut CIA, sedang berada diIndonesia dan bergabung bersama AUREV menggunakan B-26 Invader untuk menyerang kapal patroli TNI AL, atau berita terbaru tentang tertangkapnya pilot pesawat tempur F-16 Yordania, Muath al-Kasaesbeh yang dieksekusi dengan dibakar hidup-hidup oleh ISIS, pastinya menyisakan duka mendalam bagi keluarga bahkan koleganya di Squadron tempurnya.
Negara Kesatuan Republik Indonesia sebagai Negara yang memiliki luas wilayah sedemikian besar dan berbatasan langsung dengan beberapa Negara tetangga tentunya sudah memikirkan langkah-langkah terbaik dalam menjaga kedaulatannya, pos-pos penjagaan di wilayah perbatasan sudah disebar dan dijaga oleh personel TNI AD, kapal kapal patroli TNI AL juga tak kalah sibuk menjaga perbatasan laut dan tentu saja TNI AU dengan pesawat pesawat intainya menjaga kedaulatan udara dari Sabang hingga Merauke. Namun yang perlu kita pikirkan adalah bahwa seluruh alutsista tersebut pastinya memiliki endurance dalam melaksanakan misi penerbangan dan patrol laut, belum lagi para personel yang mengawakinya, disinilah peran UAV dapat berjalan meneruskan, mendampingi atau bahkan menggantikan peran sebagai pesawat pengintai. Sebagai ilustrasi, jika kita mengoperasikan pesawat UAV MQ-1 Predator dengan kemampuan surveillance & reconnaisance standart, pesawat ini memiliki kemampuan radius jelajah hingga 450nm, kecepatan jelajah 135 knots dengan ketinggian jelajah sampai dengan 25.000 kaki, bahkan dengan endurance kurang lebih 40 jam tentunya akan dapat mengurangi beban kerja dari para pesawat pengintai yang hanya beroperasi maksimal selama 4-5 jam saja. Jika satu pesawat mampu menjelajah dengan radius 450nm, mungkin secara hitungan kasar hanya dengan menempatkan empat spot GCS (ground control station) di Medan, Pontianak, Sulawesi Selatan dan Biak Numfor, seluruh wilayah Indonesia akan dapat termonitor secara langsung. Data intelijen juga dapat langsung diolah untuk menentukankebijakan lebih lanjut bagi satuan pelaksana di bawah kendali operasional TNI, baik untuk pengamatan lebih lanjut, penindakan bahkan penghancuran sasaran. Di samping itu, kemampuan melakukan infiltrasi serta akurasi data lapangan sangat penting baik dalam sebuah operasi anti gerilya, anti teror serta dalam sebuah pertempuran. Bahkan untuk mencari kelompok separatis di daerah hutan dan pegunungan nampaknya bukan hal yang sulit dengan teknologi UAV, karena pengamatan udara tidak terkendala dengan beratnya medan. Inilah pentingnya intelijen udara bagi sebuah operasi militer dan penegakan hukum.
TNI AU saat ini sudah mulai menggunakan teknologi UAV sebagai salah satu unsur kekuatannya untuk melaksanakan misi surveillance di daerah perbatasan. BPPT dan PT. Dirgantara Indonesia juga sudah mulai mengembangkan teknologi UAV dengan dibuatnya beberapa prototype yang sampai dengan saat ini masih giat dilaksanakan pengembangan guna meningkatkan spesifikasinya. Kita doakan saja, semoga ke depan dengan makin berkembangnya teknologi pesawat nirawak serta canggihnya kemampuan penginderaan yang dapat dilakukan oleh pesawat pesawat pengintai tersebut, dapat mendorong pemerintah untuk giat mengembangkan, memajukan dan menggunakan pesawat pesawat nirawak dalam berbagai bidang, baik untuk pengembangan pertanian, pengawasan perikanan hingga bidang pertahanan sebagai penjaga kedaulatan.