Selasa, 31 Desember 2013
Selamat Tahun Baru 2014
Minggu, 20 Oktober 2013
Anak Vespa vs Pengendara Vespa
Selasa, 30 Juli 2013
JANGAN TERTIPU PENAMPILAN
Sabtu, 27 Juli 2013
UNPREPARED FREE FALL & CDS DROP DI KEPULAUAN MENTAWAI
Malam itu tanggal 27 Oktober 2010, waktu sudah menunjukkan pukul 21.30 wib, saya sudah bersiap untuk istirahat tatkala handphone saya berdering menandakan ada SMS yang masuk. Segera saya buka di inbox folder, ternyata Duty Ops Skadron Udara 31 yang mengirim pesan “Selamat malam, ijin menyampaikan misi dadakan esok hari duk jun free fall dan CDS dalam rangka bansos berdasarkan perintah RI-1 di kepulauan Mentawai. Crew Myr Pnb Rony / Kpt Pnb Anjoe / Ltt Pnb Kamto / Myr Nav Sudaryanto / Ltt Nav Feisal. Rute HLM – Sas/Mentawai – BIM – HLM. ETD 06.00 wib, briefing dilaksanakan pukul 04.00 wib, mmp terima kasih”. Saya segera bersiap menuju kantor untuk melaksanakan persiapan awal, sesampainya di Skadron, sudah ada Mayor Rony dan Mayor Sudaryanto serta Letnan Feisal. Persiapan awal pun segera dilakukan mulai dari briefing koordinasi, plotting peta, GPS, serta menyiapkan slide brief untuk paparan esok pagi. Pada malam itu juga dilaksanakan pengepakan/rigging barang yang akan diterjunkan sebanyak 3000 kg yang terbagi dalam 8 bundel CDS masing-masing seberat 500 kg sejumlah 5 bundel, 1 bundel seberat 610 kg dan 2 bundel seberat 200 kg. Setelah selesai melaksanakan persiapan awal, kamipun kembali ke rumah masing-masing untuk melaksanakan istirahat.
Waktu menunjukkan pukul 03.45 wib tanggal 28 Oktober 2010, pagi yang cukup dingin di akhir Bulan Oktober setelah hujan yang cukup deras mengguyur kota Jakarta tadi malam. Awak pesawat, peterjun, personel PLLU, meteorologi dipimpin langsung oleh Komandan Skadron Udara 31 Letkol Pnb M. Iman Handojo dan dihadiri oleh Komandan Lanud Halim Marsma TNI M.Nurullah, serta Kaskoopsau I Marsma TNI Bagus Puruhito telah siap di ruang brief Skadron Udara 31 untuk melaksanakan briefing penerbangan dan penerjunan yang akan dilaksanakan pagi hari itu. Ada yang terasa lain pada briefing kali ini, karena misi penerjunan kali ini adalah “the real mission”, bukan misi latihan yang biasa dilaksanakan oleh crew C-130 Hercules dimana rute, zona penerjunan dan profilnya sudah sering dilatihkan dan ditentukan. Pada misi kali ini kami hanya berbekal koordinat yang diberikan oleh rekan-rekan dari TNI AL yang sudah lebih dulu berada di lokasi bencana. Rencana penerbangan, profile serta rute hanya diplot dipeta dan GPS, tidak ada informasi mendetail tentang dropping zone yang akan dituju, “wah, seperti perang betulan nih…hanya bedanya kita ada di wilayah sendiri, bukan menyerang wilayah musuh” canda Komandan Lanud seraya membuka briefing pagi itu.
Setelah selesai melaksanakan briefing, kami segera menuju ke pesawat untuk melaksanakan crew brief, tak lupa cek kesehatan dan load master brief bersama peterjun yang akan melaksanakan dropping di Kepulauan Mentawai. Menggunakan pesawat dengan nomor registrasi A-1321, dengan total loadment 8.800 kg yang terbagi dalam 8 bundel CDS serta 19 peterjun yang terdiri dari 15 personel Korpaskhas dan 4 personel Perbekud kami siap melaksanakan misi kemanusiaan tersebut. Tak lama berselang keempat engine T56-15A pesawat C-130 Hercules itupun bergemuruh memecah keheningan pagi, pesawat kemudian taxi out menuju landas pacu 24 untuk bersiap melaksanakan penerbangan. “Happy landing, semoga sukses dalam misi ini” salam Komandan melalui radio VHF dari mobil VCP melepas keberangkatan kami. Pesawat pun take off kemudian maintain runway heading sampai dengan 3 Nm HLM VOR dan join wishkey 19 lalu climbing menuju ketinggian 16.500 ft. Rute yang dilalui antara lain HLM-CKG-TKG-BKL-Pagai Selatan-Pagai Utara. Setelah melaksanakan penerbangan lebih kurang 1 jam 20 menit dan overhead BKL VOR, pesawat mulai descent menuju ketinggian 2500 ft untuk melaksanakan low pass di atas Kepulauan Mentawai sesuai dengan koordinat yang telah diberikan. Ternyata koordinat yang telah diberikan tepat berada di tepi pantai, daerah ini tidak dapat dijadikan dropping area dikarenakan pertimbangan keamanan. Akhirnya PIC (pilot in command) pada waktu itu mayor pnb Rony memutuskan untuk mencari lokasi penerjunan yang dirasa aman untuk personel free fall dan CDS, setelah berputar-putar sekitar 30 menit, kami akhirnya menemukan daerah terbuka yang dirasa aman untuk penerjunan, Dusun Purogout di Pulau Pagai Utara dan Dusun Minoai di Pulau Pagai Selatan. Saat melaksanakan low pass di Pulau Pagai Selatan, kami sempat bertemu dengan P-852 (pesawat cassa milik TNI AL) yang sedang melaksanakan free cargo drop di wilayah yang sama. Berkat komunikasi 2 arah yang baik, kami akhirnya memutuskan untuk melaksanakan dropping di Pulau Pagai Utara terlebih dahulu untuk menghindari collision dengan P-852. Setelah navigator selesai melaksanakan plotting, pesawat climbing ke ketinggian 4000 ft untuk melaksanakan personel drop. Peterjun segera bersiap menuju ramp door pesawat dan segera melompat sesaat setelah overhead diatas daerah sasaran yang baru ditentukan tersebut.
Setelah selesai melaksanakan free fall sebanyak 10 personel, pesawat descent ke ketinggian 600 ft di atas permukaan laut sembari melaksanakan holding untuk memberikan tenggat waktu bagi personel yang baru saja terjun untuk membuat tanda silang (X) dari kain berwarna orange sebagai dropping spot saat pelaksanaan CDS. Setelah selesai melaksanakan persiapan, pesawat mengambil final approach untuk melaksanakan CDS drop, load master dibantu dengan jump master telah siap di compartment pesawat untuk menerjunkan barang bantuan tersebut. Empat bundle CDS pun meluncur keluar dari pesawat dan parasut mengembang dengan sempurna mengantar bundle-bundel berisi makanan dan obat-obatan serta selimut bantuan dari Presiden RI menuju dropping spot yang telah disiapkan. Empat bundle CDS mendarat dengan sempurna dan segera diamankan oleh personel yang telah terjun lebih dulu dibantu masyarakat sekitar. Selesai di Dusun Purogout, pesawat melanjutkan penerjunan di Dusun Minoai, Pagai Selatan dan berhasil dengan sukses.
Beberapa saat setelah penerjunan, Presiden SBY dan Ibu Negara didampingi beberapa Menteri dan staf bertolak dari Bandara Minangkabau menuju Kepulauan Mentawai dengan menggunakan helikopter VVIP untuk melihat secara langsung keadaan masyarakat di daerah yang terkena bencana dan menyerahkan secara langsung bantuan obat-obatan, makanan dan selimut yang sebelumnya telah diterjunkan oleh pesawat C-130 Hercules TNI AU.
Dengan keberhasilan yang telah diraih pada pelaksanaan misi tersebut, Presiden SBY menyampaikan apresiasi dan rasa terima kasih yang besar, begitu juga para korban bencana, karena dengan adanya pendistribusian bantuan melalui CDS (Cargo Delivery System) seperti yang baru saja dilaksanakan, distribusi bantuan akan cepat sampai dan dapat menjangkau daerah-daerah terpencil yang sulit dijangkau oleh kendaraan darat maupun kapal laut. Kamipun sebagai crew pesawat juga mendapatkan pengalaman yang sangat berharga dimana misi yang dilaksanakan benar-benar diluar perencanaan sebelumnya, hanya berbekal koordinat yang diberikan, kami harus menelusuri dan mencari serta menentukan titik aman untuk melaksanakan penerjunan personel dan barang, dalam hal ini kami sebut sebagai “unprepared dropping zone”. Keberhasilan misi tersebut tidak akan dapat tercapai tanpa adanya latihan-latihan yang sering dilaksanakan sebelumnya serta adanya koordinasi yang baik antar satuan sehingga misi yang diberikan walaupun bersifat mendadak dapat dilaksanakan dengan baik.
Jumat, 26 Juli 2013
BENTANGAN SAYAP DUA BELAS RAJAWALI PADA PELAKSANAAN LATGAB TNI 2008
![](x-apple-ql-id://FB2FBC98-9090-4BFD-B6DE-E014DD896E16/x-apple-ql-magic/C69B7D47-F34C-4985-9E84-FA275E08C33E.jpg)
![](x-apple-ql-id://97A35E35-431F-4583-AA60-010BD45F4D42/x-apple-ql-magic/B02CA01A-B1EA-45F3-9BCA-08BD67E3FBEA.jpg)
![](x-apple-ql-id://1E89F9D0-90D1-47A7-8EDA-4A7429A6D143/x-apple-ql-magic/49AF2AE7-4052-491E-9508-F4455C9043F1.jpg)
![](x-apple-ql-id://AD043F78-712B-4377-8714-37EBA88B599E/x-apple-ql-magic/C5B340F2-690F-4761-9054-5A3AB097E629.jpg)
Pukul 23.00 WIB, seluruh crew sudah siap di pesawat masing-masing untuk melaksanakan crew & jump master brief. Sesaat kemudian pasukan dari TNI AD yang akan meleksanakan penerjunan mulai memasuki pesawat. Tak berapa lama deru mesin 12 pesawat C-130 Herkules mulai terdengar memecah kesunyian malam, kedua belas pesawat mulai bergerak menuju landasan paju Lanud ABD.
Tak lama berselang, pesawat-pesawat itupun mulai mengudara meninggalkan Pangkalan TNI AU ABD Saleh menuju dropping zone di Sanggata, Kaltim. Iring-iringan pesawat kemudian membentuk formasi dan melalui rute yang telah disepakati. Perjalanan memakan waktu ± 2 jam. Menjelang dropping zone, pesawat-pesawat mulai melaksanakan “slow down procedure” dan load master mulai membuka paratroop door. Pasukan mulai memasang static line dan bersiap untuk melaksanakan penerjunan. Pesawat mulai membentuk dua sisi “trail formation” dengan posisi yang cukup rapat.
![](x-apple-ql-id://A4BAFAB2-3D21-466C-9B3A-AB415786C37E/x-apple-ql-magic/E38B8E7F-0182-4A44-A710-5575004D66B5.jpg)
Tindakan-tindakan para Penerbang tersebut tidaklah mungkin dapat dilakukan secara cepat dan sigap tanpa adanya latihan-latihan yang sering dilaksanakan sebelumnya. Pengalaman-pengalaman tersebut sangatlah berharga bagi seluruh Crew Rajawali Flight. Sekembalinya pesawat-pesawat ke Lanud Halim Perdanakusuma, segera diadakan briefing evaluasi mengenai persiapan dan pelaksanaan kegiatan Latgab TNI 2008. Pengalaman-pengalaman yang terjadi diambilhikmah dan pelajarannya. Sungguh merupakan suatu pengalaman yang sangat berharga dan amat membanggakan menjadi bagian dari Crew Rajawali Flight dalam rangka Latgab TNI 2008.
(waktu itu masih) Lettu Pnb Kamto Adi S.
SATUAN UDARA PERTANIAN DALAM SEJARAH, KIPRAH DAN MASA DEPANNYA
Bagi kita insan dirgantara, termasuk anggota TNI AU sendiri mungkin jarang mendengar tentang Satuan Udara Pertanian (SATUD TANI), sebuah satuan udara yang dibentuk oleh (satu-satunya) instruksi Presiden yang di sampaikan langsung melalui Kepala Staf Angkatan Udara. Berhubung tugas pokok yang diemban oleh Satud Tani lebih menitik beratkan pada pengembangan sektor pertanian serta tugas-tugas yang berkaitan dengan aerial agricultural sehingga sepak terjang satuan ini jarang terdengar di lingkungan kerja TNI AU maupun dunia kedirgantaraan.
Sejarah berdirinya Satud Tani berawal pada tahun 1966, dimana pada saat itu Kompartemen Pertanian dan Agraria dengan para pendahulu TNI AU merintis pemanfaatan wahana udara melalui penggunaan pesawat terbang bagi kepentingan kesejahteraan rakyat dimasa damai khususnya dalam bidang pertanian, hal tersebut dilakukan dengan mengadakan Persetujuan Kerja Sama Operasi Karya antara Kompartemen Pertanian dan Agraria dengan Departemen Angkatan Udara tanggal 19 Januari 1966 dan selanjutnya berdasarkan Keputusan Panglima Angkatan Udara Nomor 19 jo Nomor 20 tahun 1969 dibentuklah “Flight Gelatik” yang pada dasarnya merupakan satuan embrio guna pelaksanaan tugas-tugas dibidang penerbangan pertanian. Pada perkembangan selanjutnya pemerintah menilai bahwa dalam pertanian modern pesawat terbang mempunyai peranan yang sangat penting, sehingga akhirnya Pemerintah memanfaatkan pesawat terbang yang dimiliki oleh TNI AU untuk membantu memajukan bidang pertanian.
Keberhasilan yang dicapai “Flight Gelatik” dalam mengemban tugas-tugasnya mendapat perhatian positif dari Pemerintah hingga akhirnya dikeluarkanlah Instruksi Presiden Nomor 5 tahun 1970 tanggal 21 Pebruari tentang pemanfaatan pesawat-pesawat TNI AU bagi kepentingan pertanian yang kemudian ditindak lanjuti dengan pembentukkan Satuan Udara Pertanian beserta ketentuan-ketentuannya melalui Surat Keputusan Bersama antara Menhankam/Pangab dengan Menteri Pertanian Nomor : KEP/B/31/VI/1971.258/Kpts/Um/6/1971 tanggal 16 Juni 1971, tentang pembentukan Satuan Udara Pertanian. Sesuai dengan Surat Keputusan Bersama (SKB) terbsebut yang menjadi Tugas Pokok Satud Tani adalah :
Tugas-tugas yang dilaksanakan oleh satuan ini sangat berhasil dalam meningkatkan produksi pertanian, khususnya dalam hal pemberantasan hama melalui aerial application sehingga dapat meningkatkan produksi beras nasional dan pada awal tahun 1984 Pemerintah menetapkan bahwa Negara Indonesia dapat mencapai swasembada pangan.
Saat ini Satuan Udara Pertanian TNI AU diperkuat oleh dua pesawat PC-6/B2-H2 Pilatus Porter yang terkenal sebagai pesawat legendaris dan memiliki banyak kemampuan handal dalam melaksanakan tugas-tugas diantaranya:a. Agricultural duties (crop spraying). Pesawat PC-6/B2-H2 Pilatus Porter mampu menyemprotkan cairan dan menabur granular/butiran pada areal yang luas dengan medan yang sulit seperti perkebunan, persawahan, tegalan, hutan, dan pegunungan. Aplikasi dapat dilakukan secara serentak dan cepat sebab bila dilakukan secara manual atau menggunakan melalui media darat menjadi kurang efektif dan efisien. Pesawat PC-6 dapat digunakan sebagai sarana utama dalam menghadapi keadaan darurat khususnya dalam bidang pertanian, seperti adanya eksplosif serangan hama yang membutuhkan penanganan cepat yang melibatkan Kementan dan Pemda. Pelaksanaan agricultural dutiesdiantaranya penerapan teknologi cane ripener,penyemprotan cairan herbisida dan disinfektan.
b. Fire fighting (water bombing). Pesawat PC-6/B2-H2 Pilatus Porter mampu melaksanakan pengeboman cairan sekaligus sebanyak 800-1000 liter melalui udara, kemampuan ini dapat dimanfaatkan untuk pemadam kebakaran lahan yang jauh dari sumber air dan kebakaran yang terjadi di daerah padat penduduk seperti perkotaan.
c. Aerial Survey. Pesawat PC-6/B2-H2 Pilatus Porter mampu melaksanakan survey melalui udara hal ini dapat dimanfaatkan untuk melihat atau mengambil data luasan areal pertanian, melihat kondisi akibat bencana alam seperti kekeringan, banjir, longsor, serangan hama dan lain-lain, serta membantu kebutuhan survey melalui udara.
d. Aerial Photographs. Pesawat PC-6/B2-H2 Pilatus Porter mampu untuk melaksanakan pemotretan dari udara secara horizontal maupun vertikal, kemampuan ini dapat dimanfaatkan untuk pengambilan gambar foto udara atau untuk pembuatan data luasan/peta areal pertanian danpemetaan areal hutan dan pemantauan potensi dan kondisi hutan.
e. Passenger transport. Pesawat PC-6/B2-H2 Pilatus Porter mampu mengangkut penumpang sebanyak 11 orang termasuk 2 orang crew pesawat, kemampuan ini dapat dimanfaatkan untuk tranportasi kunjungan pejabat ke daerah-daerah terpencil, angkutan petugas PPL (Penyuluh Pertanian Lapangan) yang bertugas di daerah-daerah terpencil dan membantu mengatasi keadaan darurat yang membutuhkan kecepatan melalui sarana transportasi udara.
f. Cargo transport. Pesawat PC-6/B2-H2 Pilatus Porter mampu untuk mengangkut barang cair dan padat ke daerah-daerah terpencil yang sulit dijangkau melalui laut maupun darat serta membutuhkan waktu yang cepat, kemampuan ini dapat dimanfaatkan untuk mengangkut bibit ternak, bibit tanaman, pupuk dan alat-alat pertanian ke daerah-daerah terpencil yang sulit dijangkau melalui laut maupun darat serta membantu mengatasi keadaan darurat yang membutuhkan sarana transportasi udara dengan cepat.
g. Ambulance duties. Pesawat PC-6/B2-H2 Pilatus Porter dapat dimanfaatkan untuk sarana ambulan udara bagi pasien darurat, mampu mengangkut 2 pasien dengan posisi terbaring atau lebih dari 2 orang untuk pasien duduk, memberikan dukungan transportasi kepada petugas PPL di lapangan/daerah terpencil bila sakit dapat segera ditangani di rumah sakit.
h. Search and Rescue (SAR). Pesawat PC-6/B2-H2 Pilatus Porter mampu melakukan pencarian korban bencana melalui udara dengan waktu terbang ± 3-4 jam untuk memberikan bantuan darurat, melakukan pencarian korban di darat maupun di laut, mengangkut tim rescue ke daerah bencana dengan didaratkan ataupun diterjunkan memberikan bantuan darurat logistik dan lainnya melalui udara dengan cargo drop menggunakan helly boxketempat korban ditemukan.
i. Airborne laboratory. Pesawat PC-6/B2-H2 Pilatus Porter mampu membawa alat peralatan penelitian yang dapat dimanfaatkan untuk dukungan penelitian Puslitbang Kementan dan lembaga/instansi lainnya.
j. Inspection of pipelines, highway, farm field etc. Pesawat PC-6/B2-H2 Pilatus Porter mampu untuk terbang pada ketinggian dan kecepatan yang rendah, sehingga dapat dimanfaatkan untuk melakukan inspeksi sarana irigasi pertanian, pipa air, minyak dan gas, lahan pertanian, perkebunan dan kehutanan.
k. Airborne pollution control. Pesawat PC-6/B2-H2 Pilatus Porter mampu membawa alat pemantau polusi lingkungan untuk memantau tingkat polusi udara melalui udara dan memantau luasan areal yang tercemar di udara, di air maupun di darat.
l. Parachuting. Pesawat PC-6/B2-H2 Pilatus Porter mampu membawa barang yang dilengkapi dengan parasut ke daerah-daerah bencana/terpencil yang sulit dijangkau melalui laut maupun darat serta membutuhkan waktu yang cepat, dapat dimanfaatkan untuk dropingbarang (makanan dan peralatan) dengan menggunakanhelly box.
m. Paradropping. Pesawat PC-6/B2-H2 Pilatus Porter mampu membawa peterjun 7–9 orang untuk menerjunkan tim rescue ke daerah trouble spot,mendukung pembinaan olah raga kedirgantaraan/FASI, mendukung penyelenggaraan event-event kejuaraan olah raga terjun payung baik nasional maupun internasional atau memperingati/memeriahkan suatu acara ceremonialdan menumbuhkan minat olahraga dirgantara pada generasi muda.
n. Observation flight for military, boarder contol and police. Pesawat PC-6/B2-H2 Pilatus Porter mampu membawa peralatan observasi dan observer yang dilengkapi persenjataan, dapat dimanfaatkan untuk observasi daerah rawan konflik, penyusupan dan penyelundupan di darat dan di laut, pemantauan illegal fishing, illegal logging dan daerah-daerah perbatasan.
o. Target towing. Pesawat PC-6/B2-H2 Pilatus Porter mampu menarik banner mengitari suatu kawasan bertuliskan pesan-pesan tertentu dan dalam rangka peringatan hari-hari bersejarah sehingga masyarakat dapat mengetahuinya secara luas serta membantu menebarkan selebaran/pamplet melalui udara.
Disamping itu, dengan kemampuan alutsista yang digunakan oleh Satuan Udara Pertanian TNI AU, tugas-tugas yang diembannya dapat terlaksana dengan sangat baik, diantaranya:
1. Operasi aplikasi udara pada perkebunan kelapa sawit, pemberantasan hama SEXAVA di Kepulauan Sangir Talaud (1971, 1975 dan 1979); PTP II di Tanjung Morawa Medan dan PTP VI Sumatra Barat Dan Jambi (1974); Maluku (1975), Jawa Barat (1976), Pulau Karakelang Kepulauan Talaud (1979).
2. Operasi pemberantasan hama tanaman padi di Indramayu Jawa Barat (1973); di Aceh, Sumatra Utara, Sumatra Selatan, Jawa Barat, Jawa Timur dan Bali (1974); di Purworedjo, Kebumen dan Banyumas (1979); operasi penaburan benih padi, pupuk dan pemberantasan hama padi di Lampung (1973).
3. Operasi aplikasi udara pada tanaman tebu di Jawa Barat, Jawa Timur dan Lampung untuk mengatasi hama pengerek dan cabuk hitam (1973).
4. Operasi penghijauan di Brebes (1973), Ponorogo dan Madura (1974), Donggala (1975).
5. Operasi pemberantasan hama WERENG di Sumatera, Jawa & Bali (1974).
6. Operasi pemberantasan nyamuk aedes aegypty di semarang (1973), Menado (1974) dan Palembang (1980).
7. Operasi Hujan Buatan bekerjasama dengan Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) (1992 s/d 1998) di Jawa Barat, Jawa Tengah, Yogyakarta dan NTB (1980); waduk Jatiluhur Jawa Barat (1987, 1988), dan Citarum Jawa Barat (1999)
8. Operasi pemadaman kebakaran hutan di Gunung Ceremai, Jawa Barat (1983).
9. Operasi pemberantasan KUTU LONCAT pada tanaman Lamtoro di Kabupaten Sikka, Nusa Tenggara Timur (1986).
10. Operasi dukungan udara jalur Pantura, penarikan banner dan penyebaran pamflet di daerah Karawang (1987).
11. Operasi penelitian hama di Sang Hyang Seri Sukamandi berupa percobaan insektisida dan herbisida (1989).
12. Operasi angkutan udara dengan Pemda Irian Jaya pada Operasi Gerakan Desa Sejahtera (Gasetra) & penerbangan sipil di pedalaman Irian Jaya (1989 s/d 1995) untuk mendukung :
a) Transportasi petugas`Penyuluh Pertanian Lapangan (PPL)
b) Pengangkutan/distribusi bibit ternak dan tanaman ke pedalaman Irja.
c) Dukungan angkutan lain sesuai penugasan.
13. Operasi aplikasi udara pada tanaman pisang di PT. NTF Lampung (1999); aplikasi perkebunan padi, tebu, kelapa sawit dan lain-lain.
14. Operasi terjun payung freefall pada Kejuaraan Dunia Terjun Payung di Lido Jawa Barat (1996) dan penerjunan lainnya bekerjasama dengan KONI/FASI (1999 s/d 2001, 2008 s/d 2009)
15. Operasi foto udara di daerah Tanggerang (2000) dan Lanud Wirasaba (2004).
16. Operasi aplikasi Teknologi Cane Rippener (TCR) dan Zat Pemacu Kematangan (ZPK) pada tanaman tebu di PT. GPM Lampung (1979, 1981, 1999, 2000, 2002 dan 2003) serta di PT. GMP Lampung (1987, 2003 s/d saat ini).
Dengan banyaknya tugas yang diemban oleh Satuan Udara Pertanian TNI AU dan sejarah yang ada dibelakangnya serta dedikasi yang telah ditunjukkan oleh satuan ini dari awal pengabdian hingga sekarang, maka amatlah wajar jika Pemerintah mulai memperhatikan kembali satuan yang hampir tidak terdengar gaungnya ini, paling tidak dengan adanya penambahan alutsista pesawat yang memperkuat satuan ini sehingga sektor pertanian dapat berkembang lebih baik lagi dan prestasi swasembada pangan yang pernah kita raih dapat kita pertahankan dan tingkatkan.
Kapten Pnb Kamto Adi, dikutip dari berbagai sumber
Selasa, 30 April 2013
Selamat hari buruh....
![](http://1.bp.blogspot.com/-oTPpjkdDhLQ/UYCqiwR3iNI/AAAAAAAAAE4/gOEr_c9t-Zo/s320/aksi-buruh-221112-bean-3.jpg)
Senin, 29 April 2013
Jiwa korsa
JIWA KORSA
Banyak yang bilang kalau TNI/POLRI terkenal dengan yang namanya "JIWA KORSA". Dalam buku THE STUDY OF MAN tulisan Ralp Linton, L’ESPRIT DE CORPS adalah THE DEVELOPMENT OF CONSIOUNESS, AFEELING OF UNITY atau secara umum dapat diartikan semangat kesatuan, keakraban, kecintaan terhadap organisasi atau korps. jiwa korsa ini terdiri dari beberapa faktor, antara lain:
Kalau di masyarakat sipil (biasanya perkumpulan/genk/group band) terkenal dengan sebutan brotherhood.
Terlepas dari status sebagai penegak hukum dan penjaga kedaulatan negeri, TNI/POLRI tak ubahnya sama seperti organisasi/perkumpulan yang ada di masyarakat (cuma bedanya kalau TNI/POLRI yang bertindak atas nama jiwa korsa tentunya akan mendapat sorotan yang sangat tajam dari masyarakat dan terutama media).
Banyak contoh yang bisa kita ambil;
1. kalau kita memukul salah satu anggota genk motor, sudah barang tentu kawan-kawannya akan mencari si pelaku sampai ketemu, mengeroyok dan bahkan (kalau tidak ada yang mengingatkan) membunuhnya.
2. kalau ada seorang pelajar STM yang terkenal sebagai "penguasa jalanan ibukota" dipukul atau bahkan hanya senggolan dengan salah seorang pelajar lain, sudah bisa dipastikan satu sekolah akan menyerang sekolah lawannya.
3. coba anda senggol seorang anggota ormas kedaerahan atau salah satu organisasi front pembela, saya yakin 100%, anda akan berhadapan dengan kawan-kawannya.
4. atau kalau anda ingin terlihat agak ekstrim, coba anda pukul kepala salah seorang tukang parkir di mangga dua atau tanah abang, yakinlah umur mobil anda tidak akan lama, bahkan mungkin umur anda sendiri.
contoh-contoh di atas adalah contoh yang tidak baik, tapi tetap saja mereka akan beralasan "jiwa korsa" sebagai faktor pendorong perbuatan mereka. Yang kemudian jadi pertanyaan saya, kenapa mereka tidak mendapat sorotan seperti TNI/POLRI? apa karena mereka masyarakat sipil? apa karena mereka tidak dipersenjatai? tentu saja kalau bicara soal senjata, saya sendiri sebagai anggota TNI ngeri melihat adik-adik SMU dan STM berjalan gagah di tengah jalan sambil menenteng samurai dengan panjang lebih dari satu meter, atau anak SMP yang masih ingusan memutar gespernya yang sudah dimodifikasi menggunakan gear motor di udara untuk menantang sekolah lawannya. atau kalau sudah terjadi chaos antar penduduk kampung yang bertikai, tetap saja....ujung-ujungnya masyarakat meminta bantuan aparat TNI/POLRI untuk membantu mengatasinya.
sudah terbukti sejak jaman perang kemerdekaan, TNI berasal dari rakyat, untuk rakyat dan bersama rakyat membangun negeri tercinta ini, tentunya akan lebih indah lagi kalau jiwa korsa TNI/POLRI dan jiwa korsa masyarakat dapat menyatu lagi, tidak ada saling iri, tidak ada yang sok-sokan, tidak ada yang merasa jago. walaupun dalam hati kecil, kalau kasus seperti di hugo's cafe terjadi pada teman-teman saya, mungkin saya juga akan melakukan hal yang sama demi jiwa korsa, tapi dengan cara yang berbeda tentunya.
jujur, sebagai sesama anggota TNI, terkadang saya risih melihat oknum-oknum yang "sok-sokan" ataupun "merasa jago" di tengah masyarakat, dan tentu saja anda pasti ikut merasa jengah. tapi kembali lagi, itu hanyalah oknum, hanya segelintir orang yang berbuat seperti itu, masih banyak prajurit yang dengan segenap jiwa raga berbakti dan berkorban demi bangsa ini, hanya satu pinta kami....hargai kami, bantu kami mewujudkan Indonesia yang madani, kalau TNI/POLRI bergerak sendiri, niscaya semua itu hanyalah sebatas mimpi, mari buat semua itu menjadi kenyataan, menjadi suatu harmoni, bukan sekedar mimpi....